3. Perpustakaan Kota

118 35 55
                                    

Hari ini, di suatu tempat yang menjadi saksi. Pertemuan antara dua pasang mata dalam satu waktu yang sempat membuat beku. Bertukar kata yang akankah menjadi awal sebuah cerita?

***

Bus yang mengantar Kelabu dan Iva tiba di tempat tujuan, bangunan berarsitektur modern yang berdiri di pusat kota. Tepat di tepi jalan raya dengan segala keramaiannya. Dua gadis remaja itu beranjak turun dari bus bersama beberapa penumpang lain yang turut berhenti di sana. Terik cahaya matahari yang kian meninggi menyapa keduanya, membuat bola mata mereka silau sejenak. Kelabu dan juga Iva bergegas memasuki gerbang perpustakaan kota.

"La, lo beneran udah ngerjain tugas?" tanya Iva sesampainya mereka di dalam. Gadis itu tengah berupaya menyalakan laptop. Satu dua buku paket yang ia bawa juga  diletakkan di atas meja panjang. Tempat duduk yang Kelabu dan Iva pilih berada di tengah ruangan—dan memang hanya di situ yang disediakan oleh pihak perpustakaan.

Suasana perpustakaan kota bisa disebut ramai dan senyap. Ramai dengan artian lumayan banyak orang yang berada di sana. Senyap karena etika di perpustakaan adalah dilarang membuat ribut atau berbicara keras. Kelabu dan Iva saja mesti memelankan suara mereka jika tak mau ada pegawai perpustakaan menegur keduanya.

"Iya, beneran. Lagian tugas yang dikasih udah hampir dua minggu yang lalu. Kemarin deadline-nya diundur karena bu Dara lagi ada pelatihan di luar kota, 'kan?" Kelabu menjawab sekaligus menjelaskan sesuatu yang sahabatnya itu pun sebenarnya juga sudah tahu.

Iva mencebikkan bibir, tugas individu yang diberikan oleh guru mata pelajaran Biologi mereka itu adalah menyusun makalah tentang Jaringan Hewan. Mungkin memang tidak begitu sulit. Hanya memerlukan referensi materi dari buku dan internet. Kemudian menulis untuk kata pengantar, mengatur serta menyusun bab-bab pendahuluan, pembahasan, dan daftar pustaka juga lain sebagainya.

Akan tetapi, itu tidak mudah bagi Iva, sesorang yang memiliki kadar kemalasan terlampau luar biasa. Buktinya, pengumpulan tugas esok hari, Iva justru baru mengerjakan hari ini.

"Gue copy-paste punya lo aja, deh," keluh Iva menopang wajah cemberutnya.

Gadis dengan surai hitam dikucir kuda itu menggelengkan kepala. "Enggak boleh, Va. Nanti dimarahin bu Dara kalau makalah kita sama persis."

Sekali dengkusan diloloskan Iva. Guru yang satu itu memang super menyebalkan. Terlalu ketat dalam memberikan tugas. "Kalau gue searching di Google, ketahuan bu Dara enggak, ya?" celetuknya kemudian.

Iva melemparkan pandangan ke arah Kelabu yang mengedikkan bahu. "Terus, apa faedahnya kita ke sini kalau kamu malah ngambil file di Google?"

Bukannya niat awal Iva mengajak Kelabu ke sana adalah untuk melengkapi materi makalah, yang tidak ada di Google ataupun buku paket pegangan murid. Perpustakaan di sekolah biasanya tutup di akhir pekan, itulah mengapa mereka memilih perpustakaan kota yang buka setiap hari.

"Sesekali ngerjain tugas benar-benar dari kerja sendiri, Va. Pacaran aja semangat, masa buat sekolah kamu malesan?" lanjut Kelabu. Gadis itu mengungkit satu hal yang akhir-akhir ini menjadi antusiasme seorang Iva.

"Hmm, oke, oke, baiklah, Kelabu sahabat gue yang paling baik," gemas Iva akhirnya. Ia beringsut merangkul Kelabu, menepuk-nepuk puncak kepala si empu bermata bulat itu. "Lain kali bagi tips, dong, gimana caranya biar rajin ngerjain tugas kayak lo."

"Udah hampir berbusa, ya, mulut aku berbagi upaya ke kamu, tapi tetap aja, tuh, kamu kayak gitu." Kelabu menghela napas sebal.

Iva yang mendengarnya terkekeh ringan. Ucapan yang dilontarkan oleh Kelabu barusan tepat sasaran. Tidak memeleset barang seinci pun. Di menit berikutnya, gadis dengan tubuh tinggi semampai itu memilih fokus mengerjakan tugas.

Cerita Bianglala dalam SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang