Bagian 6 - Kalung Bintang

95 18 6
                                    

Dua anak kecil itu berlarian mengitari padang rumput yang pada masanya terasa sejuk dengan angin sepoi-sepoi. Keduanya tertawa lepas sambil terus berlari ke danau terdekat.

"Sebentar! Tunggu dulu! Aku haus!" teriak si anak perempuan.

Lelaki kecil itu berhenti berlari, kemudian menghampiri sahabat kecilnya itu.

"Kamu kan udah umur lima tahun, kenapa masih bisa haus tiba-tiba?" tanya lelaki kecil itu.

Anak perempuan menjulurkan lidahnya, "Kamu kira semakin kita besar, kita bisa gak haus tiba-tiba gitu?"

"Mungkin. Kita kan belum besar, Il."

"Tapi aku sama kamu udah mau enam tahun. Tadi tuh kamu salah bilangnya!" sahutnya.

Dikeluarkan botol minuman dari tas ransel kecilnya itu. Anak perempuan yang dikuncir dua itu meneguk air putihnya sampai tak tersisa.

"Ri, katanya kamu mau pergi ya?"

"Kata siapa emangnya?" Anak lelaki itu merebahkan tubuhnya di rerumputan. "Aku gak ada dikasih tau apa-apa sama Bunda tuh."

"Kalo kamu gak ada, aku mainnya sama siapa dong?"

"Aku kan gak pergi, Il. Bunda gak ada ngomong apa tuh."

"Kalo beneran pergi gimana?"

"Ya, kamu bakalan mainnya sama tetangga lain. Jadinya kamu gak bisa manggil-manggil aku tiba-tiba kalo mau ngajak main." Lelaki itu menarik sahabatnya untuk mengikutinya tidur di rerumputan. "Kamu gak bisa deh teriak-teriak di depan rumah aku lagi."

"Tapi, Ri, kan gak ada tetangga yang kayak kamu lagi. Kita kan udah sering main bareng dari kecil. Katanya kamu juga janji mau sama aku terus!"

"Janji apa aku, Il?"

"Kamu kan maunya pacaran sama aku biar bisa main terus!"

"Iya! Tapi itu kan nanti masih jauh, Il!!"

"Terus kamu janjinya mau nikah juga sama aku!"

"Iya, Il. Dua puluh tahun lagi ya kita nikah!"

— WTRF —

"Kejadian hari ini, anggep aja lo gak tau apapun, Auriga."

Milka menutup pintu gerbang setelah Bi Mesta dan Pak Garda membawa Kara masuk ke rumah.

"Apa yang gak boleh gue umbar?"

"Apapun yang mungkin lo liat malem ini."

"Kenapa?" Auriga mendekati Milka, ia tersenyum sinis. "Lo takut dikeluarin dari HCNP kalo ternyata lo gak sempurna?"

Milka menatapnya tajam. "Gue gak pernah peduli soal popularitas. Gue bahkan terima kalau ada yang ingin mengambil predikat itu," Milka terhenti sejenak, "gue gak mau ada yang coba cari tau soal hidup gue."

"Well, sama aja lo cuma mau terhindar dari gosip."

"Terserah apa kata lo, Arga."

"Gue Auriga. Gue bukan Arga," tegas Auriga untuk kesekian kalinya.

Milka terdiam. "Gue mohon. Lo gak boleh cerita apapun, Auriga. Gue gak mau ada yang coba cari tau soal hidup gue. Gue mau hidup gue tenang, Auriga."

Auriga mengangguk pelan sambil mengeluarkan kalung bintang dari sakunya. Diulurkannya kalung itu kepada Milka.

Milka menatap sinis. "Apa? Lo mau gue ambil biar lo nurutin apa yang gue minta?"

Bukannya menjawab pertanyaan Milka, Auriga membentangkan kalung itu di depan Milka seperti ingin memastikan sesuatu. Kemudian dirinya mendesah kesal.

When The Rain FallsWhere stories live. Discover now