Bagian 2 - Lelaki Aneh

164 33 6
                                    

"Ulza, tau nggak, tadi pagi gue ketemu sama cowok aneh."

Ulza yang sedang menyeruput kuah baksonya itu langsung menatap Milka tajam. Apa kata temannya barusan? Bertemu dengan lelaki? Hah. Seorang Milka?

"Wow ... Legend. Wow ..." Ulza meletakkan sendoknya dan bertepuk tangan pelan. "Terus maneh tiba-tiba mulai tertarik gitu sama cowok aneh itu?"

"Hah? Enggak lah. Pokoknya aneh banget cowok yang gue temuin tadi."

Ulza mengedarkan pandangan ke penjuru kantin IPA. "Siapa emang? Anak Labir?"

"Anak Labir sih, soalnya tadi juga ketemu di lorong arah ruang ganti. Di badge-nya, dia sih namanya Arga," sahut Milka dengan tangan masih mengaduk susu cokelatnya itu.

"Arga?"

"Iya Arga. Dia bilang bukan tapi jelas-jelas yang di badgenya ya Arga," pungkas Milka bingung.

"Kayaknya di Labir gak ada deh yang namanya Arga." Ulza menangkup pipi Milka. "Sebagai salah satu admin terpercaya lambenya Labir, gue tau semua anak Labir. Dan gak ada tuh yang namanya Arga."

Milka menggaruk kepalanya. "Mungkin, dia murid baru kali?"

"Ya, kalo dia murid baru, apalagi cakep, itu akun lambe udah pasti heboh Milka."

"Mungkin—"

Tiba-tiba terdengar kursi berjatuhan dari arah timur. Pandangan keduanya otomatis langsung terfokus. Sementara mata Milka menyipit lalu ia menepuk pundak Ulza. "Za, itu yang gue maksud, yang lagi narik kerah bajunya Si Sastra!"

"Hah?!"

Milka menarik napas melihat urat-urat yang sangat jelas di leher lelaki itu. Sepertinya dia sangat marah.

Bukan sepertinya tapi memang sangat marah.

"Lo ganggu cewe gue?!" Dia mendorong meja kantin. "Brengsek!"

Milka dapat melihat Sastra ketakutan, dia seperti tidak mengerti kesalahan yang dilontarkan oleh lelaki yang Milka ketahui namanya Arga.

Bugh.

Milka otomatis langsung bangkit. Tangannya di tahan Ulza. "Lo sama aja nyebur ke kolam buaya kalo ke sana, Mil," katanya.

"Kenapa sih, Za, semua orang cuma ngeliatin. Gak ada yang bantuin Sastra!" Milka berjalan melewati Ulza. "Gue mending lapor Pak Ardi, biar dia yang nangangin ini."

"Jangan! Lo sama aja nyari perkara sama Auriga!"

Gadis yang sudah berjalan cukup jauh itu, langsung berbalik kembali ke tempat duduknya. Apa kata Ulza barusan? Lelaki itu namanya Auriga?

"Auriga, bukannya gak ada yang berani sama dia. Mereka cuma gak mau kalau nanti malah kena imbasnya juga. Auriga gak bisa diajak main-main, Mil."

"Auriga?"

"Auriga Sparta."

"JAWAB MATA PELAJARAN! Gue nanya, lo jawab! Ga usah bikin eneg!"

Teriakan lelaki itu malah semakin membuat murid lainnya antusias. Tak kalah, sebagai admin akun gosip Labir, Ulza juga langsung mengeluarkan ponselnya dan mendekati lelaki yang sedang berkelahi itu.

"Bukan gue, Ga! Coba tanya cewek lo, siapa yang bikin dia kayak gitu!" jawab Sastra menahan tangan lelaki yang sudah siap meninjunya untuk kelima kalinya.

Bukan hal aneh bagi murid Labir selama bersekolah di sini. Pemandangan lelaki yang bernama Auriga ketika sedang meninju, berkelahi, adu mulut, atau bahkan adu otot, sudah sering dilihat mereka. Auriga merupakan salah satu murid yang memiliki banyak pandang dari para guru.

When The Rain FallsWhere stories live. Discover now