Bagian 9 - Dia Sakit

93 18 2
                                    

"Milkaa, lo beneran udah nggak apa-apa?"

Pertanyaan tak henti itu terus ditanyakan oleh si admin akun lambe Labir. Milka sudah baik namun mendengar kalimat yang sama berulang kali membuatnya ingin merasa sakit kembali.

"Za, please. Udah sepuluh kali lo nanya. Jawaban gue gak bakal berubah, Za," ujar Milka merapikan tempat tidur di UKS itu. Mukanya sedikit merah.

Ulza memasukkan buku-buku Milka ke tas temannya itu. "Ya tapi kan lo tadi pingsan, gue khawatir banget gak bohong. Sekaligus mastiin aja."

"Udah, gue baik aja serius. Gapapa, lo pulang aja. Gue bisa sendiri kok."

"Em, gue emang gak ada niat nungguin lo balik sih," cengir Ulza tanpa dosa.

"Rese. Gue kira lo mau nemenin."

"Canda balik. Ya iyalah gue mau nemenin lo!"

Milka tersenyum tipis. "Awalnya," sambung Ulza yang langsung dipelototi Milka. "Terus sekarang gak jadi gitu maksud lo?" jawab Milka kesal.

"Gue baru inget mau rapat soal akun lambe Labir masalah rapihin feeds dan postingannya apa aja."

Milka mengangguk. "Iya deh paham. Temen gue emang sibuknya selangit."

"Jangan happy ya, Milka Kavasya," ujarnya menyindir Milka.

"Za, kok lo gak nanya?" Ulza tentu tau maksud temannya ini, dan gadis itu hanya tersenyum. "Gue udah tau alurnya," begitu katanya.

"Gue gak ngerti."

"Lo gak perlu ngerti Milka. Anyway, nanti gue minta supir gue aja jemput lo gimana? Daripada naik bus kan hari ini," ucap Ulza memberi saran kepada temannya yang sedang sibuk merapikan kasur UKS itu.

"Gak deh," Milka menepuk pundak Ulza, "gue bisa pulang sendiri. Santai lah."

"Lo serius?"

"Dua rius. Udah!" Gadis itu mendorong Ulza keluar dari UKS. "Gue gak apa-apa, Ulza. Sana rapat!"

Ulza cengengesan sambil melambaikan tangan ke arah Milka yang menunggu kepergiannya itu dari pintu UKS.

"Milka."

Suara panggilan dari Otari membuat gadis itu terkesiap. "Eh, kenapa Otari?" katanya.

Otari menarik tangan Milka pelan untuk duduk di bangku meja informasi. Milka tidak mengerti dengan tatapan yang sedang dokter itu berikan. Omong-omong Otari memang seorang dokter muda yang menjaga UKS Labir, dia bukan siswi namun sudah lulus dan sudah menjadi dokter spesialis.

Otari itu singkatan dari Dokter Tari. Sudah jangan tanya kenapa. Tanya saja pada si Bino yang menyebut Dokter Raghala dengan Dokter Tari.

Otari menyerahkan selembar kertas yang sepertinya merupakan hasil pemeriksaan Milka. Gadis itu tersenyum manis. "Milka baik-baik aja Otari."

"Kamu, banyak-banyak istirahat. Otari udah bilang 'kan jangan suka larian di Labir. Sekolah ini keterlaluan luasnya. Capek tau. Belum lagi kamu harus jaga badan."

"Iya, Otari. Milka tadi buru-buru kelas."

Otari mentap Milka lekat. "Tapi kamu sudah periksa lagi?"

"Udah tiga bulan lalu Otari. Katanya masih aman." sahut Milka pelan. Tidak yakin. "Kayaknya."

"Jangan dihindari, Milka. Harus dihadapi," Otari menggenggam tangan gadis itu, "kamu itu spesial dan sangat kuat."

Milka tersenyum dengan matanya yang sudah memanas.

"Makasi Otari. Makasi juga untuk selalu jaga Milka di sini."

When The Rain FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang