Bagian 20 - Lagi

28 2 1
                                    

Remaja itu membenarkan tas yang berada di pundaknya. Gelagatnya menyatakan ia sedang resah dan malas. Malas untuk menghadapi dua 'manusia' yang tidak pernah mengerti akan kehadirannya.

Sekali lagi, ia menghela napas, sebelum melangkahkan kaki memasuki istana tempatnya menumpang untuk makan, minum, dan mandi, terkadang tidur.

"Auriga pulang." Matanya menyoroti seisi ruang tamu. Namun, ia tidak menemukan yang dicarinya.

Pandangan Auriga Sparta itu kosong menatap bingkai foto yang jika masuk ke ruang tamu, akan bisa terlihat jelasnya rona bahagia dari jepretan itu, yang nyatanya Auriga tidak pernah rasakan di rumah ini selama 17 tahun hidupnya.

"Tuan sedang dinas, Auriga. Kalau Ibu sedang di ruang kerjanya. Kalau Arga masih di rumah sakit."

Suara itu datang dari arah dapur. Auriga melirik Bi Sparna yang sedang membersihkan meja makan. Keadaan meja makan yang kotor membuat Auriga yakin bahwa sempat ada makan malam di rumah ini.

"Dia pulang, makan malam?" tanya Auriga berjalan menghampiri Bi Sparna. Bi Sparna menjawab pertanyaan Auriga dengan anggukan lemah.

Diletakkannya tas gendong itu sembarang, lalu membuka tudung saji yang tidak menyisakan apapun di dalamnya.

"Auriga belum makan? Bibi buatin udang pedas manis kesukaan kamu, ya?" ucap Bi Sparna pelan. Wanita paruh baya itu paham perasaan Auriga kali ini.

Lelaki itu menggeleng. Tersenyum pahit. "Udah makan kok, Bi. Gak usah, dan makasih banyak, Bi."

Segera Auriga berjalan menaiki tangga menuju ruang kerja Ovella yang berada di seberang ruang belajarnya.

Baru saja Auriga ingin membuka pintu, suara dari dalam ruangan itu membuatnya mengerutkan alis. Suara kecupan, lenguhan, dan sahutan menggoda antara Ovella dengan entah siapa itu bisa terdengar jelas di telinga Auriga.

Didobraknya pintu kerja Ovella membuat dua orang yang sedang bercinta itu langsung buru-buru merapikan pakaiannya. Sementara Auriga melihat keadaan sekitar yang amat berantakan. Shit. Ibunya ini memang tidak pernah terduga.

Pria yang bercinta dengan Ovella bukanlah Rala, ayahnya. Entah itu siapa, tetapi Auriga naik pitam.

"Brengsek," umpatnya tegas. Sorot mata Auriga tajam menatap kedua manusia itu dengan tatapan hina.

Ovella mendekat dan langsung mencengkram kuat kerah baju Auriga. "Kalau ayah kamu sampai tau, kamu akan saya kirim pergi ke Auckland."

Auriga melepas paksa tangan Ovella. Matanya menyiratkan rasa kecewa. Langkah kakinya berat untuk mendekati Ovella.

"Saya tidak pernah memiliki seorang ibu yang jadi pelacur seperti ini."

PLAK!

Satu tamparan itu berhasil membuat Auriga semakin tak bisa menahan emosinya. Ini bukan kali pertama Auriga mengetahui Ovella berselingkuh. Ini lebih dari puluhan kalinya selama 10 tahun.

Auriga kecil sudah pernah melihat Ovella berpangkuan dengan bosnya, melihat Ovella diraba dan dirayu karyawan sebayanya, bahkan melihat berciuman dengan pegawainya.

Bangsat. Auriga selalu mengumpat itu dalam hatinya.

"JAGA MULUT KAMU AURIGA!" teriak Ovella membuat keadaan mencekam.

Pria yang berada di sana segera keluar dan pergi ke ruangan di samping ruang kerja Ovella, bersembunyi.

"10 tahun. 10 tahun lebih Anda melakukan ini tanpa sepengetahuan suami dan anak kesayanganmu itu. Gak bosan?" tukas Auriga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When The Rain FallsWhere stories live. Discover now