Bagian 17 - Pelukan Auriga

68 15 2
                                    

Milka menarik napasnya pelan. Sekarang Milka sudah berada di bus dan sebentar lagi akan sampai di perumahannya. Hari ini bus lebih sepi dibanding biasanya. Hanya ada sekitar 10 orang.

Setelah melihat jalan rumahnya sudah dekat, Milka menekan tombol berhenti kemudian gadis itu turun. Saat sedang berjalan, ia mendengar bunyi jepretan kamera seperti ada yang mengambil fotonya.

Ia berbalik dan mendapati dua orang gadis dan seorang lelaki yang berseragam sama sepertinya sedang memegang kamera pocket.

"Ngapain kalian?" Milka membenarkan jaketnya. "Memangnya belum cukup berita yang tadi?"

Si gadis berambut cokelat terang menyahut, "Buat updatean lambe lah, gimana keadaan si cupu ini setelah merebut pacarnya our queen!"

"Gue baik-baik aja. Gak ada yang perlu di update," tutur Milka tegas.

"Sorry to say, ini lambe kita, terserah mau apa aja yang kita upload," balas lelaki berkacamata hitam itu.

Netra Milka tajam menatap tiga orang itu. "Gue gak suka hidup gue diusik."

"Eits, gue pas banget ngerekam bagian itu," celetuk gadis satunya. "Udah ada bahan, guys!"

"Hapus."

"Enak aja! Udah lo pulang aja, gak usah peduli sama aktivitas kita!" tukas si rambut cokelat terang itu.

"Gak, sebelum foto gue dihapus," tolak Milka.

"Ini arsip, udah jadi hak milik kita meskipun kita gak izin sama yang punya," balas lelaki itu.

"Hapus. Sebelum gue hapus."

Suara itu langsung membuat ketiganya menoleh. Mereka ketakutan setelah melihat Auriga Sparta dengan tatapan mematikannya itu. Sementara, Milka menghindari mata Auriga.

Auriga tidak segan mengambil kamera itu dan mencabut sd cardnya lalu menjatuhkan kamera itu tanpa rasa takut. "Bubar lo!"

"Sekali lagi lo balik ke area ini, lambe bakalan bubar!" tegas Auriga. Auriga tidak berbohong akan ucapannya. Jika ia berkata begitu, hal itu akan terjadi seandainya ada saja yang kembali ke area perumahan Milka.

Tanpa sepengetahuan Auriga, Milka berlari sangat cepat menjauhinya. Saat tiga murid itu sudah menghilang, Auriga tidak lagi mendapati Milka berada di sana. Lelaki itu berlari mencari Milka sampai ke rumah gadis itu.

"Nona Milka belum pulang, Auriga," kata salah satu satpam jaga di depan rumah Milka.

"Kara, di dalem?" tanya Auriga.

Satpam itu mengangguk lalu tanpa basa-basi, Auriga masuk ke rumah Milka, membungkuk kepada Bi Mesta yang sedang membersihkan rumah.

"Kara di kamarnya, Auriga," ucap Bi Mesta sebelum Auriga mengatakan tujuannya.

Lelaki itu berlari menghampiri Kara yang sedang menonton kartun kesukaannya. "Kara, Kak Milka..."

"Kakak, hmm Kakak Auri, ngapain, ngapain sini?" Mata Kara yang sedikit mengalami masalah, menepuk tangan Auriga menandakan bahwa lelaki kecil itu tau sedang ada orang bersamanya.

Auriga melihat ke sekeliling kamar, korden sudah ditutup, jendela tertutup, TV menyala, biskuit, dan dinosaurus juga sudah lengkap. "Kakak pulang telat. Ada tugas."

"Huh?! Kakakk? Kakak Milkaa?? Kenapa--kenapa, kenapa tugasnya?" tanya Kara tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Aku benci kau, Patrick! Aku benci juga!" teriak Kara kegirangan ketika percakapan antara spons kuning dan bintang laut itu ia dengar.

When The Rain FallsWhere stories live. Discover now