Chapter 02. Tiktok

Mulai dari awal
                                    

Wajah Anne tertekuk, mencibik kesal menatap Zoya yang berdecak. "Mama gue bilang diet nggak baik, efeknya bakal ke kulit, jadi keriput kayak penuan dini" terangnya mengingat ucapan mamanya, sebagai teman yang baik dan rendah hati tentunya Zoya punya kewajiban untuk mengingatkan temannya itu.

"Gue diet sehat kok"

"Emang ada diet sakit?"

"Bukan itu, Zoya!" greget Anne ingin membenturkan kepalanya di kusen pintu, bicara sama Zoya harus butuh kesabaran dan iman yang kuat untuk tidak menjambaknya. Anne menyesal menyapanya.

"Jangan diet, Anne!"

"Kenapa?"

"Lo bakal laper" jawabnya lugas.

Anne mendesah mengusap rambut panjangnya, ia gedeg sendiri. "Gue juga pengen body kayak lo, tahu!" bebernya jujur. Tubuhnya terbilang gendut dan ia ingin menurunkan berat badannya seperti siswi-siswi famous di sekolahnya, contohnya Zoya misalnya. Dia cantik, cerdas, tubuhnya ramping dan tentunya ia dikelilingi oleh orang-orang hebat di Atlanta. Pacaran dengan ketua osis, sahabat kapten tim basket dan sahabat sekaligus adik pentolan sekolah. Siapa tidak ingin menjadi Zoya Adiara.

"Jangan jadi gue, Anne" peringat Zoya menggeleng, menatap Anne prihatin, "Lo nggak bakal bisa." Zoya mengibaskan tangan, siapapun tidak akan pernah bisa menjadi dirinya sebab manusia sudah diciptakan sesuai kodratnya.

"Tetaplah jadi diri lo, karena di luar sana gue yakin ada yang pengen jadi lo" hembusnya, Zoya merasa bangga bisa sebijak ini, ia tidak rugi setiap malam mendengarkan siraman rohani papanya. Anne tertegun ingin membuka mulut tapi Zoya mengangkat tangan mengintrupsinya diam, "Ice cream gue!" pekiknya berbalik meninggalkan Anne yang melengos.

Zoya berlari di koridor sesekali melihat ice cream-nya mulai mencair, tak jarang ia menabrak orang-orang di sana, saat berbelok ia menubruk tubuh seseorang, tubuhnya oleng ingin terjatuh dan untungnya orang itu menarik tangannya. Zoya terbelalak melihat ice cream-nya. Zoya bernapas lega, ia kira ice cream-nya tumpah.

"Kali ini lo selamat dari cacian gue" cetusnya mendongak pada cowok di depannya, menatap kesal sembari menyikut agar cowok itu melepaskannya. Tanpa bicara apapun Zoya melewatinya berjalan ke arah kantin yang masih saja ramai, ia berlari kecil mendekati salah satu meja dihuni oleh beberapa orang.

Tanpa bicara sepatah kata, Zoya meletakkan mangkoknya di meja membuat mereka terdiam, menoleh padanya dengan tatapan bertanya, Zoya menunjuk mangkoknya membuat mereka menatap mangkok itu lalu kembali menatap Zoya yang wajahnya tertekuk.

"Beliin cepet!" Cewek bernametag Elena Maheswari menepuk punggung cowok di sampingnya memintanya bergerak cepat.

"Duit gue tinggal 20 ribu" sahut cowok bernama Arjuna mengeluarkan uang dua puluh ribu dari sakunya.

"Gue sedekahin 5 ribu!" Keyra Anandia mengulurkan uangnya.

"Noh Kakak tiri lo dateng tuh!" tunjuk Pradipta ke arah belakang Zoya. Gadis itu menoleh melihat Arsyad Hadinata, sahabat sekaligus kakak tirinya masuk bersama Jason Adiwiguna sahabat mereka. Zoya meninggalkan teman-teman sekelasnya mendekati mereka.

"Kakak Tiri!"

"Kak Jason!"

******

Bell berdering panjang, semua siswa berhamburan ke parkiran di mana kendaraan pribadi mereka berada, beberapa hari ini parkiran belum padat karena semua siswa Atlanta belum aktif belajar, mereka yang datang hari ini selain siswa baru hanya mengusir kebosanan di rumah karena tidak ada kegiatan.

Seperti Zoya, bosan di rumah ia memilih datang ke sekolah bertemu teman-temannya dan mengawasi kuman-kuman yang berpotensi menjadi pelakor. Untuk menekan adanya perkembangbiakan pelakor maka sedini mungkin ia membasmi penyakit ini. Bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk semua perempuan yang jadi korban pelakor. Sesama perempuan mereka harus saling membantu meski perempuan sendiri yang kerap kali menyakiti sesamanya.

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang