Part 8 [I Want To Diet]

4K 277 43
                                    

Paris's POV
Aku memasang senyum bodohku sambil menjaga restaurant milik orang tuaku.
Aku ingin bertemu dengan pria itu lagi.
Namanya terus terlintas di benakku.
R.A.Y.M.O.N.D
Namanya sekeren wajahnya.
Tapi, mana mungkin dia mau dengan gadis sepertiku?
Aku terlalu jelek untuk bersanding dengannya.
"Huhhh"
Aku mendengus pasrah.

"Paris, cepat berikan anak itu uang kembaliannya."
Terdengar suara teriakan ibuku.

Astaga, aku kembali melamun memikirkan Raymond.
Parah, aku benar-benar seperti tersihir sehingga otakku hanya mampu memikirkan tentangnya.
Aku segera memberikan uang kembalian anak yang membeli kentang dari restaurant kami.
Untungnya hari ini restaurant cukup sepi sehingga aku memiliki banyak waktu untuk melamun. #plakk

"Paris, kamu kenapa sih? Dari tadi pagi senyum-senyum, sendiri. Kamu bikin para pelanggan takut tau.
Sudah badan sebesar kingkong gitu, masih juga senyum-senyum gak jelas gitu. Nanti di kira gila semakin gak ada yang mau sama kamu."
Ibuku kembali mengomel.

"Iya ibu, maaf ya kalau Paris jelek, gak secantik kak Yolanda dan Yessica."
Aku mencibir kearah ibuku.

"Kamu sih makan terus, kerjanya makan, makan, makan saja, makanya badanmu sampai sebesar itu. Sekali-sekali diet lah. Sampai kapan kamu mau berbadan gendut seperti itu?"
Ibuku tak berhenti menghina dan memarahiku.

"Sampai di dunia ini Paris menemukan alasan untuk dapat menyiksa diri mengurangi makan sehingga bisa kurus."
Kemudian aku berkata dalam hati, sepertinya aku sudah menemukan alasan untuk menjadi kurus.
Siapa lagi kalau bukan Raymond.

"Iya, tunggu aja sampai matahari berhenti bersinar dan daun-daun berjatuhan kemudian dunia bergetar dan kamu terjepit diataranya karena kamu terlalu gendut untuk bisa lolos menuju lahar panas."
Ibuku nampak mencibir dan meninggalkanku.

Ya, beginilah nasibku.
Memiliki seorang ibu yang senang sekali mengolok-olokku.

Tak berapa lama terdengar teriakan ayahku.
"Paris, jangan coba-coba berdiet. Cuma kamu satu-satunya anak ayah yang menuruni hobi makan ayah."

Aku hanya memutar bola mataku jengah mendengar omongan ayahku.
"Jadi ayah ingin Paris terus-terus gendut dan tidak ada satu pun cowok yang mau menjadi suami Paris?"

"Pasti ada nak, di dunia yang luas ini pasti ada jodohmu. Mungkin dia sedang bersembunyi di suatu tempat dan pada saat yang tepat dia akan muncul di hadapanmu dan memberikan jutaan kebahagiaan kepadamu."
Ayahku nampak berpuisi lagi.

"Oke, oke, mungkin dia akan muncul setelah aku sudah cukup pantas bersanding dengannya."
Aku melanjutkan dalam hati karena Raymondku masih menungguku sampai aku memiliki badan seindah Angelina Jolie. Hahaha

Suasana restaurant mendadak ramai dan akhirnya kami di sibukkan untuk melayani pesan-pesan yang terus berdatangan.

Hari ini aku tidak kekampus, sepulangnya dari apartemen bosku, aku pergi berkunjung kerestaurant orang tuaku dan akhirnya aku membantu mereka disini.

Kadang aku juga memikirkan skripsiku, tapi apa daya.
Aku tak bisa memulainya karena surat itu belum berada di tanganku.
Katanya sih hari ini bosku akan memberikanku surat itu.
Aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan surat itu.
Hahaha
Tenang saja, setelah aku mendapatkan surat itu aku akan segera mencari cara untuk berhenti bekerja dari rumah bosku.

Oh iya, kalian belum mengetahui mengenai ayahku yang gendutnya sebanding denganku bahkan lebih gendut dariku.
Dari kami sekeluarga, hanya dirikulah yang menuruni gen gendut dari ayahku.
Kedua kakakku memiliki badan yang mungil seperti ibuku.
Dan wajah mereka menuruni wajah ibuku.
Sedangkan aku hampir 80% menuruni wajah dan postur tubuh ayahku.

When a Man Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang