Part 2 [Like Earth And Sky]

237K 13.8K 306
                                    

Faris's POV
Sepanjang koridor kudengar sapaan itu berulang kali dengan senyum mengembang di setiap orang yang menyebutkannya.
"Pagi dok"
"Pagi", cuma kata singkat itu yang bisa kubalas tanpa senyum.

Setiap hariku penuh dengan kesibukan, aku harus mengurus rumah sakit dan juga perusahaan. Tapi jika disuruh memilih, maka aku akan lebih memilih rumah sakit. Karena aku lebih suka menyelamatkan jiwa orang lain daripada menyelamatkan perusahaan peninggalan ayahku.
Aku anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya.
Seandainya ketika ibuku menghembuskan nafas terakhirnya dan ibuku tidak menginggalkan pesan untuk meneruskan perusahaan itu, pasti aku akan menjual perusahaan itu dan uangnya akan kusumbangkannya ke panti asuhan dan panti jombo.
Ya.
Aku anak yatim piatu.
Aku sudah yatim piatu sejak aku dibangku kuliah.
Aku menyelesaikan kuliahku sambil mengurus perusahaan peninggalan orang tuaku. Gila? Mustahil? Banyak orang mengatakan tidak mungkin aku bisa meneruskan perusahaan keluargaku disaat aku juga mengambil kuliah kedokteran, sulit? Tentu saja. Tapi tidak ada hal Mustahil di dunia ini jika kita terus berusaha. Aku lulus SMA dengan kelas percepatan, masuk kuliah kedokteran diusia belia dan lulus S.Ked diusia 21 tahun, Koas selesai diusia 25 tahun, mengambil spesialis dan menjadi dokter residen dengan tetap mengurusi perusahaan keluarga di masa senggang hingga aku terlalu sibuk untuk dapat mengurusi kehidupan pribadiku sendiri. Setiap hari hanya kondisi pasien dan laporan saham dan kinerja kantor yang kuperhatikan, Oh ya, untuknya jabatanku adalah direktur utama dan aku punya banyak manager dan sekretaris yang siap sedia membantu pekerjaanku, Berat? Tentu saja, Mungkin terdengar mustahil, tapi Nyatanya aku menjalani semua itu dan hingga usiaku 35 tahun, aku masih tetap bergulat dengan kedua hal itu.

Aku mengakui kecerdasanku. Semua orang yang mengenalku mengakuinya.
Aku bisa lulus kedokteran dengan gelar summa cum laude dan menjadi lulusan termuda.
Aku mengambil spesialis di umur yang sangat muda dan dapat membuat perusahaan ayahku semakin berkembang dalam waktu 4 tahun. Di usia 35 tahun aku sudah menjadi dokter dengan jadwal rawat jalan dan operasi yang sangat sibuk, tentu saja aku juga pernah jatuh sakit dan merindukan ibuku yang biasanya merawatku dan menyuapiku bubur, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku hanya sendiri di bumi ini, yatim piatu yang terlihat kuat dan sempurna padahal hanya cangkang kosong yang penuh kesepian dan kerinduan, setidaknya aku selalu bahagia melihat rekam jejak para pasienku berangsung-angsung membaik atau saham perusahaan yang dalam 1 tahun menunjukkan kenaikan spesifik.
Aku menyukai kedokteran karena ini sangat keren, ilmu kedokteran adalah ilmu tentang fixing human yang tidak akan kamu temui dibidang keilmuan yang lain, tapi aku juga punya kewajiban untuk membuat perusahaan wadah banyak kepala keluarga mencari nafkah untuk tetap bisa berjaya dan berjalan.

Perkenalkan, Aku Faris, hari ini aku berdiri disini sebagai direktur utama perusahaan farmasi terbesar di Paris dan sebagai dokter bedah terhebat di rumah sakit milikku sendiri.

Paris's POV
Sepanjang koridor kudengar sapaan itu dengan senyum mengina di wajah mereka.
"Pagi Kodok Gendut"
"Pagi, semoga harimu menyenangkan" aku balas sapaan mereka dengan senyum mengembang.
Aku tidak marah di ejek begitu.
Karena itu kenyataan.
Aku gendut dan jika aku tertawa akan terbentuk lipatan-lipatan di leherku yang persis nampak seperti kodok.
Karena itu mereka mengataiku kodok gendut.
Setiap hariku di isi dengan kebahagiaan, karena aku tidak pernah suka untuk marah.
Aku lebih memilih untuk tersenyum dan bersyukur.
Aku punya kedua orang tua yang lengkap.
Aku 3 bersaudara dan aku anak terakhir.
Aku mahasiswa semester 10.
Hahaha. Aku mahasiswa abadi ya?
Iya, sepertinya begitu. Usiaku sudah 23 tahun dan teman-temanku sudah lulus tapi aku masih setia dengan kampusku dan masih setia menyumbang uang kuliah setiap semester.
Maklumlah, jurusan yang kumasuki tidak mudah.
Aku jurusan farmasi.
Aku bukan anak pintar tapi aku juga bukan anak yang bodoh cuma kurang pintar saja. Hahahhaha.
Aku Paris, hari ini aku berdiri disini sebagai mahasiswa yang akan mengikuti pengajuan proposal skripsi.
Akhirnya aku akan menuju skripsi.
Akhir dari segala kerja kerasku selama bertahun-tahun.

#heiyoooo
Maaf baru publish. Soalnya nunggu vote dan comment dulu.
Wkwkwk
Kalau gak di vote atau di comment, aku jg gak bakalan publish. Haha
Next part? Give me vote and comment. Wkwkkw



When a Man Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang