Part 7 [Dag dig dug?]

242K 11.9K 336
                                    

Paris's POV
Aku merasa sangat berdebar-debar ketika menaiki mobilnya.
Bayangkan saja, kami hanya berdua di dalam mobil itu.
Sesekali aku melirik ke sampingnya.
Tapi dia terlalu fokus ke jalanan.
Mungkin dia hanya merasa kasihan dengan gadis gendut yang kesusahan, makanya dia dengan berbaik hati menawariku untuk naik ke mobilnya. Kami bersama dalam diam.
Aku ingin membuka pembicaraan, tapi aku terlalu sungkan untuk sekedar membuka mulutku.

"Hmmm, maaf, kalau boleh tau kamu menuju kemana?"
Dia memulai pembicaraan

"Kemana aja kamu pergi" Jawabku spontan.

Dia diam kemudian melihatku dengan wajah yang sulit ditebak. Mungkin dia sedang berpikir, gadis ini gila. Aku langsung meralat perkataanku.

"Mak...maksudku itu kamu mau pergi kemana? Kalau kamu sedang sibuk, aku ikut denganmu saja, nanti aku bisa naik taksi menuju tempat tujuanku."

Dia tersenyum tipis lalu menjawabku dengan sopan.

"Aku sedang tidak terburu-buru, kalau aku sedang terburu-buru aku tidak akan menawari untuk mengantarkanmu. Jadi, kemana kamu akan pergi?"

Baik, huaaaa, dia baik sekali.

"Aku ingin pergi ke kampus, kamu sisa lurus kemudian belok kanan nanti ada perempatan, belok kiri dan sampai. Kampusku di Universitas Y"

Mulut membulat sempurna.
"Ooo, aku tau universitas itu. Oke"

Tidak ada pembicaraan lebih lanjut, aku hanya memperhatikan jalan dan musik mengalun dengan pelan, tidak lama, kami sampai ditujuan. Aku berterima kasih dan keluar dari mobilnya.
Dia berlalu pergi dan berakhirlah sudah cintaku. Huaaaa, begonya aku yang lupa meminta nomor ponselnya atau kontaknya yang lain. Aku tau namanya tapi dia tidak mengetahui namaku. Benar-benar Paris si bodoh, yang menanyakan hal kecil saja bisa lupa. Sesampainya di kampus aku segera menuju ruangan dosenku.

Tok..
Tok..
Tok..
Permisi bu.

"Masuk"
Terdengar suara dari dalam.

Aku membuka pintu dan melangkah masuk.

"Oh Paris, bagaimana kelanjutan skripsimu? Sudah mendapatkan surat magang?"

Omoooo, aku melupakan surat itu,
Hmmm.
Hari ini harus kutanyakan.

"Belum saya minta bu, tapi saya sudah mulai bekerja hari ini."
Aku menjawab dengan senyum lebar.

"Oh ya? Kamu sudah mulai bekerja? Bagus sekali paris. Berarti besok atau lusa kamu sudah harus menyerahkan surat itu kepada saya dan skripsimu sudah bisa jalan. Oke?"

Dalam hati aku berkata No. Huaaa.
Besok atau Lusa? Bisakah bos menghubungi pasiennya itu dalam waktu dekat dan meminta bantuannya?
Semoga saja bisa.

"Paris? Halo paris, bisa kan?, oke?"
Terdengar kembali suara dosenku.

Dengan sedikit tergesa-gesa aku menjawab.
"Ah, iya bu. Oke"

Kemudian aku berpamitan dengan dosenku dan melanjutkan kuliahku.

Sore harinya, aku kembali menuju apartemen untuk melaksanakan tugas malamku.

Teringat akan kembali bertemu bosku membuatku sedikit malas untuk melangkah ke apartemen itu.
Tapi ini semua demi surat magang,
Semangat untuk meraih Toga!

Ketika aku ingin menuju apartemen bosku.
Aku melihat si ganteng.
Siapa lagi kalau bukan lelaki yang tadi siang mengantarkanku ke kampus.
Lucky, sepertinya dia baru saja keluar dari apartemen bosku.

Entah mengapa, aku spontan bersembunyi dan enggan menampakkan diriku.
Rasanya malu saja kalau harus terlihat dalam keadaan kumus begini di depannya.
Yah walaupun memang setiap hari aku terlihat kumus. Hahaha.

When a Man Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang