28. Sebuah insiden

80.7K 7.4K 672
                                    

"Woah!"

Entah keberapa kalinya Kinara terkagum-kagum melihat pemandangan sekitar. Fahri membawa Kinara kesebuah perkebunan teh yang agak lumayan jauh dari tempat kemah. Kinara yang sebelumnya terus mengeluh karena jauhnya perjalanan seketika terbayarkan dengan pemandangan yang diberikan.

"Kok lo bisa tau ada tempat yang sebagus ini sih?"

"Gue panitia kemah tahun lalu. Jadi gue tau tempat sekitar sini," ucap Fahri. Kinara hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Sumpah bagus banget ini."

"Eh, Ri, tolong fotoin gue dong," ucap Kinara seraya merogoh saku jaketnya.

"Pake HP gue aja," ucap Fahri.

"Oh, yaudah deh." Kinara mundur beberapa langkah kemudian berpose di tengah-tengah hamparan hijaunya tanaman teh.

"Ini gue kehabisan gaya. Harus gimana lagi?" tanya Kinara.

"Kayang."

"Yakali," ucap Kinara kesal.

"Udah ah segitu aja." Kinara mendekat pada Fahri.

"Bagus gak?" tanya Kinara.

"Bagus," ucap Fahri seraya memperlihatkan hasil jepretannya.

"Ok deh. Nanti lo kirimin," ucap Kinara. Fahri hanya bergumam.

"Betah gue di sini. Bikin rumah kayaknya enak deh," ucap Kinara.

"Emang lo berani tinggal jauh dari pemukiman?"

"Ya enggak juga sih."

"Yuk balik," ajak Fahri.

"Ih, bentar lagi dong," ucap Kinara memelas.

"Udah kelamaan kita ninggalin tenda."

"Yaudah deh," ucap Kinara pasrah.

Kinara dan Fahri mulai berjalan pergi dari perkebunan teh tersebut. Kinara sebenarnya berat hati untuk meninggalkan tempat itu. Namun benar kata Fahri, mereka sudah lama meninggalkan tempat kemah.

"Fahri ini turunnya gimana?" tanya Kinara setelah berhadapan dengan pijakan yang cukup curam.

"Gue duluan." Fahri lantas segera turun terlebih dahulu.

"Lo pegangan ke bahu gue, nanti gue tahan lo," ucap Fahri seraya mengulurkan kedua tangannya.

"Gue berat loh," ucap Kinara.

"Kayak lidi gitu dibilang berat."

"Lo ngajak ribut gue?!"

"Udah, ayo cepetan."

"Tapi tahan, ya?"

"Hm."

Kinara lantas memegang bahu Fahri untuk turun dari sana. Fahri pun memegang pinggang Kinara untuk menahannya.

Tapi karena salah berpijak, Kinara justru tergelincir ke depan, menabrak pelan tubuh Fahri. Reflek Kinara melingkarkan tangannya di leher Fahri dan Fahri melingkarkan tangannya di pinggang Kinara.

Tatapan mereka bertemu. Beberapa saat mereka terdiam dalam posisi tersebut hingga Fahri mendekatkan wajahnya pada Kinara. Seketika Kinara menegang.

Fahri terus mendekat hingga ...

"Hati-hati, Neng," bisik Fahri. Kinara seketika menjauh dari lelaki itu seraya berdehem.

"O—oke, gue duluan," ucap Kinara dengan wajah yang sedikit memerah menahan malu. Gadis itu pun lantas melangkahkan kakinya terlebih dahulu.

Cewek Barbar VS Ketua OSIS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang