24. Pengakuan🍃

888 173 65
                                    

Sejak kejadian itu, Siyeon secara terang-terangan menjauhi jeno. Bukannya apa-apa, setiap ia melihat lelaki itu, otaknya refleks mengulang kejadian memalukan waktu itu. Rasanya geli sekali dan juga canggung tentunya.

Namun, hal itu justru membuat Jeno senang karena hidupnya menjadi lebih tenang, walau sebenarnya ia belum tau alasan gadis itu menjauhinya.

Waktu pun berlalu begitu cepat, kini kelas 10 dan 11 tengah menempuh ujian kenaikan kelas. Jeno dan Siyeon mendapat ruang kelas yang berbeda karena Siyeon yang merupakan murid baru kebagian absen paling belakang.

Jadwal hari ini adalah pelajaran matematika dan bahasa inggris. Siyeon mengerahkan seluruh tenaganya untuk menjawab soal matematika, beruntung ia sempat berguru pada Jeno waktu itu.




Kring!




"Semuanya harap meletakkan pulpen di atas meja karena waktu sudah habis," ucap pengawas ruangan. "Tinggalkan kertas kerja di atas meja dan kalian bokeh meninggalkan ruangan."

Semua murid pun berhamburan keluar kelas, termasuk Siyeon yang saat ini sedang berjalan dengan riang menyusuri koridor dengan membawa kotak bekal berwarna biru langit.



Bruk!



Siyeon tiba-tiba terjatuh ketika ada salah satu siswi yang dengan sengaja mendorongnya.

"Punya mata nggak sih?!!" Siyeon nampak begitu kesal karena roti bakarnya ikut jatuh dan menjadi kotor.

"Ups, sorry. Sengaja haha!" Gadis itu tertawa puas kemudian dengan sengaja menginjak roti bakar Siyeon.

"Bangsat!! Mau lo apa sih?!!"

"Heh, lo murid baru nggak bakal punya temen, jangan belagu deh," ucap gadis itu kemudian melenggang pergi bersama teman-temannya.

Siyeon menghela napas kemudian menatap sedih roti bakarnya yang sudah kotor dan juga penyet, ia sedikit risih karena dirinya menjadi bahan gibahan beberapa murid yang lewat.




"Ayo bangun."

Siyeon mendongak ketika ada seseorang yang tiba-tiba mengulurkan tangan kepadanya.

"Ck, buruan."

Ragu-ragu Siyeon meraih uluran tangan Jeno, sebisa mungkin ia membuang pikiran mesumnya jauh-jauh.

Jeno memungut roti bakar yang sudah kotor dan membuangnya ke tong sampah.

"Nih, kotak bekal lo," ucap Jeno.

"Makasih," balas Siyeon sembari mengambil kotak bekalnya.

"Kantin?"

Siyeon spontan meraba saku jasnya, entah kenapa ia suka sekali meninggalkan uang jajannya di rumah. "G-gue lupa bawa uang jajan."

"Oh, ayo ikut gue," ucap Jeno kemudian berjalan lebih dulu mendahului Siyeon.

Gadis itu bergeming beberapa saat sebelum akhirnya berlari menyusul Jeno yang menaiki anak tangga.

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya mereka pun sampai di rooftop.

Kedua remaja itu duduk di sebuah kursi panjang ditemani semilir angin yang menyejukkan hati.

Jeno mengeluarkan sebuah roti dari kantong plastik yang dibawanya, "Nih, makan."

"B-buat gue?"

"Emangnya ada orang lain lagi disini selain lo?"

"Ya.. nggak sih, hehe."

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang