01. Poor Boy🍃

1.9K 323 98
                                    

Matahari belum terbit, namun lelaki bermata sipit itu sudah duduk manis di halte bus. Ia mengeratkan jas almamater berwarna hitam yang membalut tubuhnya mengingat dinginnya udara pagi ini.

Penantiannya segera berakhir ketika sebuah kendaraan besar beroda empat berhenti tepat di hadapannya. Tak ingin tertinggal, ia pun melangkahkan kakinya memasuki bus dan mengambil tempat duduk paling belakang.

Hampa dan sendiri, hanya itu yang dirasakannya selama ini. Dua kata yang cocok untuk menggambarkan sosok lelaki itu.

Alunan musik ballad yang terputar di earphone menemani perjalanan Lee Jeno di pagi yang cerah ini. Sesekali ia ikut bersenandung untuk menghibur hatinya yang pilu.

Postur tinggi, wajah tampan, kulit seputih susu, siapa yang tidak tertarik dengan paras tampan lelaki ini? Ia bahkan masuk ke dalam jajaran lelaki paling tampan yang ada di sekolahnya.

Namun, paras tampannya itu justru berbanding terbalik dengan kehidupannya yang kelam. Tak banyak yang tau tentang latar belakangnya, mengingat begitu tertutupnya ia dengan orang-orang di sekitarnya.

Bus yang ditumpangi Lee Jeno berhenti di depan sekolah yang lebih tepatnya disebut sebagai neraka. Bagaimana tidak? Setiap ia melangkahkan kakinya untuk memasuki gedung itu, hanya kesengsaraan yang didapatkannya.

Jeno melangkahkan kakinya menyusuri koridor yang masih sepi, ia sengaja datang pagi-pagi buta karena tak ingin menjadi sorotan di koridor ataupun di lapangan sekolah.

Langkahnya terhenti ketika tiga pemuda menghadang jalannya. Sial, kenapa mereka sudah datang pagi-pagi buta seperti ini?

"Pagi amat lo dateng," ucap Lee Felix.

Jeno menghela napas kemudian membuang muka. Ia tidak menjawab karena itu hanya akan membuat dirinya babak belur pagi ini.

"Minta duit dong," ujar Heo Hwall.

"Nggak punya," balas Lee Jeno singkat.

"Masak? Kemarin gue liat lo di kafe tuh," ucap Ju Haknyeon.

Jeno bergeming, enggan merespon ucapan Haknyeon.

Trio yang menamai dirinya JuLeHa itu, merupakan singkatan dari nama-nama mereka sendiri. Sering kali membully Jeno tak peduli siang atau malam, panas ataupun hujan.

Felix dengan kasar memeriksa seluruh almamater Jeno, sementara Hwall memeriksa tas lelaki itu. Jeno diam saja karena memang ia tidak membawa uang hari ini.

"Nggak ada, Bos," ucap Felix.

"Iya, tasnya juga cuma berisi buku-buku nggak guna," kata Hwall sembari melempar tas Jeno ke lantai.

Jeno memejamkan mata ketika Haknyeon menarik kerah seragamnya. "Mana duit hasil lo kerja kemarin hah?"

"Nggak ada," balas Jeno.

Haknyeon menghempaskan tubuh Jeno ke lantai. "Dasar miskin!"

Kalo lo kaya, ngapain minta uang ke orang miskin bangsat! Batin Jeno berteriak.

Jeno masih diam ketika Hwall menumpahkan seluruh isi tasnya ke lantai. Lelaki itu bahkan tak segan menginjak buku-buku pelajarannya, beruntung ponsel dan earphone Jeno ada di dalam saku celana.

"Mana hp lo?" tanya Haknyeon. Jeno bergeming.

"Lo budek apa gimana bangsat?!" kesal Haknyeon.

Jeno masih bergeming, ia tak mungkin menyerahkan ponselnya pada iblis itu.

Hening beberapa saat sebelum suara yang tidak terduga tiba-tiba muncul.




Don't cry, don't be shy
Kamu cantik apa adanya
Sadari syukuri dirimu sempurna
Jangan dengarkan kata mereka
Dirimu indah pancarkan sinarmu wo oww~




Jeno hampir kelepasan tertawa ketika ponsel Haknyeon tiba-tiba berbunyi. Sementara iru, Felix dan Hwall sudah tertawa sampai guling-guling di lantai.

"Anjirr, sangar-sangar gini ternyata lo fanboy Cherrybelle?" tanya Felix sambil tertawa.

Haknyeon tampak geram kemudian mematikan ponselnya. Wajahnya merah padam karena malu, sial sekali ia lupa mengubah ponselnya ke mode silent.

"Ayo pergi!" seru Haknyeon kemudian pergi diikuti kedua antek-anteknya.

Jeno menghela napas lega, ia beruntung karena Tuhan menyelamatkannya pagi ini. Ia yang masih terduduk di lantai pun memungut buku yang berserakan satu per satu. Pergerakannya terhenti ketika ada seseorang yang tiba-tiba datang dan membantunya.

Untuk pertama kalinya setelah ia menginjakkan kaki di sekolah ini, ada orang yang mau membantunya.

Perlahan Jeno mengangkat dagu dan melihat seorang gadis yang berada tepat di hadapannya. Rambut panjangnya diikat satu, membuat wajah gadis itu terlihat dengan jelas.


"Hai," sapa sang gadis setelah memasukkan seluruh buku Jeno ke dalam tas.

Gadis itu tampak kebingungan karena Jeno hanya menatap datar dirinya.

"Hng.. kenapa? Lipstick gue ketebelan ya?"

Jeno mendecak kemudian merebut tasnya dari tangan si gadis. Ia bangkit dan segera beranjak dari sana.


"Tunggu!"


Jeno spontan menghentikan langkahnya.

"Ruang guru di sebelah mana ya?"

Jeno berbalik kemudian mengendikkan dagunya, "Punya mata kan?"

Gadis itu melihat ruangan yang ada di samping kanannya, harusnya ia tidak usah bertanya. Rasanya malu sekali.

"Makasㅡ" ucapan gadis itu terhenti ketika Jeno sudah menghilang dari tempatnya.

🍃🍃🍃










Tbc...

Hai hallo annyeong👋 selamat datang di dunia baru Jeno Siyeon yeorobun💞

DandelionWhere stories live. Discover now