"Pah,"

Tanpa Wendy tau, Papahnya senyum. Wendy itu anaknya, mau gimanapun Wendy sembunyiin masalahnya, Papahnya pasti tau.

"Tenang aja, Papah nggak akan nanya masalah kamu. Pasti ada alasan kamu nggak cerita ke Papah. Papah ngerti kok."

Wendy berkaca-kaca. Baru aja selesai nangis karena Jae, sekarang karena obrolan sama Papahnya, Wendy jadi pengen nangis lagi.

Bedanya kali ini karena terharu. Merasa beruntung karena punya Papah yang kaya Papah Wendy.

"Makasih Pah. Wendy sayang Papah,"

"Papah lebih sayang sama kamu," diujung telpon Papahnya ketawa, bikin senyum Wendy muncul.

Pilihannya nggak salah buat ngehubungin Papahnya. Perasaannya jauh lebih baik sekarang.

"Ya udah, Papah istirahat deh sekarang, udah malem. Lain kali Wendy telpon Papah atau Mamah lagi," kata Wendy mau menyudahi panggilan.

"Iya iya, kamu juga istirahat ya. Salam buat Jisung, bilangin Opa-nya kangen."

"Siap. Nanti Wendy bilangin kalau Opa-nya kangen," jawab Wendy ketawa.

"Ck, ajakin Jisung ke Bali lah. Udah lama kalian nggak kesini. Mamah sama Papah pengen ketemu Jisung. Kalian berdua jangan sok sibuk, luangin waktu buat ke Bali apa salahnya sih?" Protes Papah Wendy.

Kangen berat sama si cucu sebenernya, tapi karena jarak beliau nggak bisa leluasa ketemu cucu laki-lakinya itu. Bisa dihitung berapa kali Papah Wendy bisa ketemu Jisung dalam setahun.

"Iya deh iya. Nanti Wendy atur waktu buat ke Bali dalam waktu dekat ini."

"Beneran ya? Awas ya kalo bohong."

"Iya, Pah."

Tapi mungkin kedatangannya ke Bali, nggak akan ada Jae yang menemani.

Wendy tersenyum miris, bahkan setelah panggilan sama Papahnya terputus, cewek itu masih diem nggak bisa tidur.

Padahal udah tau kalau sekarang harusnya dia nggak boleh terlalu banyak pikiran karena bisa ngebuat kondisinya makin drop dan bahayain kandungannya, bikin Wendy merasa bersalah sama janin di perutnya.

Kalimat Papahnya masih bergema di otak Wendy.

'Papah selalu percaya sama kamu. Dari dulu kamu selalu yakin sama pilihan yang kamu ambil. Dan karena kamu yakin, semua yang kamu ambil tepat buat kamu.'

"Tapi kali ini Wendy nggak yakin sama pilihan Wendy, Pah. Wendy takut pilihan Wendy bukan pilihan yang tepat buat semuanya," lirihnya sambil ngelus perutnya, dimana ada kehidupan lain disana.

🌸🌸🌸

Udah 4 hari Wendy ada di rumah sakit. Sebenernya Wendy bosen banget, tapi dia nggak boleh pulang karena masih dalam perawatan. Bandelnya sih karena di suruh jangan stres masih aja mikirin ini itu. Jadi keadaannya juga masih gitu gitu doang.

Susah sih, maunya juga bahagia terus tapi akhir-akhir ini bayak banget hal yang muncul di otak Wendy buat dia susah tidur. Di samping itu juga suka sedih kalau Jisung udah mulai nangis minta Bunda-nya pulang.

"Jisung malem ini mau nginep di rumah Tante nggak? Nanti Jisung bisa main sepuasnya sama Nari," ajak Hani.

Hari ini Hani, Seulgi, Yena, sama Yujin dateng. Khusus buat Hani sama Yujin baru sempet jengukin Wendy. Awalnya kaget plus emosi denger cerita dari suami. Tapi pas liat keadaan Jae tadi mereka malah jadi kasian.

10 Years Later ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang