Pelayan berdiri disamping mereka menyerahkan buku menu ke keduanya.

Daffa membuka dan melihat sekilas lalu membaca beberapa menu yg dicatat oleh pelayan dengan sigap.

"Satu Les Cheveux D'Ange aux truffes, satu la salade," terjeda, kemudian menoleh ke Emma. "Ada lagi?" Tanyanya.

"Apa?" Alis Emma menukik karena bingung.

"Aku tanya apalagi yang kamu mau. Itu pesananmu kan?"

'Anjirr, darimana dia tau makanan favorit gue? Serem amat ni orang.'

Namun bukannya bertanya atau menjawab pertanyaan Daffa, Emma hanya menambahkan pesanannya langsung pada pelayan.

"Sparkling water satu." Yang langsung dicatat oleh pelayan.

"Oh iya, aku melupakan itu." Daffa mengernyitkan hidungnya sambil memejamkan mata sekilas. "Maaf." Ucapnya pada Emma yang sedang terpaku di depannya.

Daffa melanjutkan pesanannya.
"Satu pan-seared duck liver foie grass, satu grilled wagyu 9+ beef tenderloin, satu botol aged red wine." Daffa menyelesaikan pesanannya dengan anggukan kecil yang dibalas,

"Baik. Mohon ditunggu pesanannya 15-20menit." Saat seorang pelayan lain masuk membawa nampan berisi satu keranjang kecil gougeres dan menaruhnya dengan sopan diatas meja. Kedua pelayan tersebut lalu undur diri keluar dari ruangan dan menutup pintu geser, menyisakan keheningan di dalamnya.

"Bagaimana kamu tau apa yang biasa aku pesan?" Tanya Emma akhirnya. Daffa menelan ludahnya dengan canggung. Berusaha memperbaiki posisinya yang tidak nyaman.

"Maaf Emma.." Emma memasang wajah datar yang membuat Daffa merasa tak enak.
"Restoran ini milik kolega bisnisku. Kami sering bertemu disini. Terkadang walaupun sedang tidak ada janji dengannya, aku biasa makan siang disini bersama Ferdi. Saat itulah, aku tanpa sengaja melihatmu disini sedang menikmati makan siang juga dengan tunanganmu." Daffa berhenti sejenak, melirik pada Emma untuk melihat ekspresi Emma saat ia menyebut tunangannya. Namun tak disangka Emma tak bergeming, tetap memasang wajah tanpa ekspresi. "Dan tanpa aku sadari, aku memperhatikanmu. Salah satunya memperhatikan apa pesananmu." Terang Daffa.

"Salah lainnya?" Tanya Emma dengan ekspresi tak terbaca. Daffa terlihat canggung.

"Bicaramu, tawamu, cara makanmu..." ucap Daffa pelan namun terdengar jelas diruang yang sunyi ini. Emma menatap Daffa dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa?"

"Maaf aku tak bermaksud seperti seorang stalker. Itu terjadi begitu saja, kau ada dihadapanku. Dan aku tidak mampu menahan diri untuk tidak melihat ke arahmu." Daffa tersenyum dengan tatapan sedih. "Maaf membuatmu tak nyaman."

Jawaban Daffa meluruhkan emosi Emma hingga tak terbendung. Menutup wajah dengan kedua tangannya, Emma kembali terisak.

"Emerald." Panggil Daffa berusaha menggapai Emma namun dengan cepat Emma mengangkat tangannya untuk menghentikannya.

"Kenapa kamu kembali?" Tanya Emma lirih. Daffa melenguh ditempatnya. Terkejut. Tidak menyangka Emma akan menanyakan hal itu. Nafasnya tercekat. Suaranya seperti tertahan di tenggorokan.

"Aku tidak pernah pergi, Em. Aku hanya menjauh. Memberi kita jarak. Agar kau merasa nyaman. Atau setidaknya begitu yang kupikirkan dulu." Daffa tertunduk karena enggan memperlihatkan kerapuhannya saat ini.

Only EmeraldWhere stories live. Discover now