Part 27

2K 89 32
                                    

Ferdi yang tengah bersandar pada pintu mobil sambil memainkan handphonenya terkejut melihat Daffa merangkul Emma berjalan mendekat ke arahnya. Daffa menggumam tidak jelas sambil mengedip-kedipkan mata padanya, namun ia sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.

"Ha?" Tanyanya mengernyitkan kening saat Daffa membuka pintu depan mobil, sebelah kemudi lalu mempersilahkan Emma masuk. Setelah memastikan Emma duduk di kursi mobil dengan nyaman, ia menutup pintu dan berjalan kesisi seberang mobil, tempat Ferdi bersandar.

"Hari ini gue pinjem mobil lu ya. Lu pulang sendiri. Gue mau anter Emma." Tutur Daffa. Kendati tak ada Jawaban dari Ferdi yang hanya melongo di depannya, Daffa akhirnya menggeser Ferdi dari sandarannya, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Ferdi masih terdiam diposisinya, berusaha mencerna apa yang terjadi, saat Daffa menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkannya di parkiran yang sepi itu.

"Gue ditinggal?" Gumamnya seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.
Sepersekian detik, kesadarannya mulai muncul ke permukaan dan berakhir dengan umpatan keluar dari mulutnya.

"ANJENG!! DAFFA!!" Teriaknya berusaha mengejar mobil yang sudah hampir tak terlihat dipandangannya lagi.

"Siaaaal... siaaalll...." umpatnya pada diri sendiri. "Gue pulang naik apa?"

***

Suasana di dalam mobil begitu dingin, Daffa dan Emma terdiam, tenggelam dipikiran masing-masing.

"Aku antar ke rumah atau apartemenmu?" Tanya Daffa memecah kesunyian. Tak ada jawaban dari sampingnya.

"Emer...." Daffa tak melanjutkan panggilannya mengingat Emma tidak menyukainya. "Hmm, Emma?" Ucapnya pelan dan kikuk, hampir tak terdengar.
Semburan tawa tak tertahan lolos dari bibir Emma. Daffa bingung dengan reaksi yang di dapatnya.

"Kenapa?" Tanya Daffa mengerutkan kening, melirik sekilas pada wanita cantik di sampingnya.

"Tidak. Ehm, Tidak apa-apa. Maaf." Emma berdeham menetralkan suaranya yang pecah. Lalu menutup bibirnya dengan punggung tangannya, menoleh ke luar jendela.

Walaupun Daffa masih tidak mengerti dengan apa yang ditertawakan oleh Emma, namun ia merasa sedikit lega mengetahui bahwa suasana hatinya membaik.

Emma menoleh ke kanan kiri mobil saat Daffa memasuki halaman gedung yang besar. Seolah mengerti dengan kebingungan Emma, Daffa berucap,
"Kita makan dulu ya. Aku tahu kamu belum makan malam."

Emma melirik Daffa sekilas sebelum membuang muka.
"Aku sedang tidak ingin makan." Ujarnya ketus.

"Tapi aku lapar." Tukas Daffa memberengut. Sebenarnya ia tidak benar-benar lapar, hanya saja ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa bersama dengan Emma lebih lama.

Emma akhirnya menoleh pada Daffa yang memasang wajah cemberut. Emma mengulum senyum berusaha menahan rasa gemas pada ekspresi yang menurutnya lucu itu.

"Baiklah. Hanya makan. Oke?" Tukas Emma ingin terlihat tegas.

"Oke." Jawab Daffa lalu kembali melajukan mobilnya menuju parkiran.

Setibanya di dalam restaurant, Daffa memanggil pelayan untuk menyiapkan meja untuk mereka. Setelah dipersilahkan menuju sebuah ruangan khusus tamu VIP, Daffa menarik kursi untuk Emma kemudian mempersilahkannya duduk. Emma hanya duduk, tak berkomentar. Daffa kemudian mengambil tempat dihadapan Emma.

Only EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang