Part 16

1.6K 60 0
                                    

"Emerald, kenalkan ini kak Reno. Kakaknya Raditya." Ucap Danny kepada Emerald yang tampak begitu cantik di sampingnya. Mereka tengah hadir di acara resepsi pernikahan sepupu Danny, Raditya. Dan Sedari tadi mereka berdua menjadi pusat perhatian semenjak memasuki ballroom megah ini. Mengalahkan pasangan mempelai yang duduk manis di pelaminan.
"Kak, aku bawa Emerald keliling dulu yah menyapa yang lain." Pamit Danny pada Reno. Danny tak melepaskan rangkulannya di pinggang Emma dan membawanya pergi dari hadapan Reno dan istrinya.
"Aku tidak pernah melihat mereka dulu sewaktu berkunjung di rumahmu saat acara keluarga." Kata Emma di samping Danny ketika mereka berjalan menuju meja katering.
"Dulu keluargaku dan keluarga kak Reno memang sempat bermasalah. Jadi mereka tidak pernah terlihat berkunjung ke rumah. Tapi sekarang semuanya sudah baik-baik saja." Jawab Danny tersenyum lembut pada Emma.
"Polemik keluarga kamu rumit juga yah?" Emma berkata lebih kepada dirinya sendiri sambil setengah menunduk.
"Kamu ingin makan apa?" Tanya Danny membuat Emma kembali memandang ke depan. Langkahnya terhenti. Tubuhnya menegang. Wajahnya tiba-tiba memucat. Danny menatapnya bingung kemudian ikut menatap kedepan untuk mengetahui apa yang membuat Emma begitu terkejut.

"Emma?" Suara yang begitu khas terdengar di telinga Emma. Suara yang berusaha dihapus Emma dari pikirannya. Wajah yang berusaha keras dia lupakan dalam ingatannya kini tepat dihadapannya.

Danny yang membaca situasi saat ini semakin mengeratkan rangkulannya di pinggang Emma. Walaupun dia tidak pernah melihat wajah Daffa, karena Emma selalu enggan membahasnya, namun dia yakin lelaki di depannya ini adalah Daffa. Sosok yang telah merubah Emma. Lelaki yang telah menghancurkan hati Emma.

Di seberang sanapun demikian. Emily mengamit lengan Daffa semakin menempel padanya. Tatapan Emma beralih pada lengan mereka. Matanya memanas, pandangannya mulai mengabur. Hatinya begitu sakit oleh pemandangan dihadapannya ini.

"Selamat malam. Apa kalian saling mengenal?" Tanya Danny pada akhirnya sambil tersenyum sopan memecah keheningan di antara mereka di tengah keramaian acara.

"Iya." Jawab Daffa tanpa mengalihkan pandangannya pada wajah Emma yang begitu ia rindukan. Emma tampak begitu cantik malam ini, seperti biasa. Hanya saja rona wajahnya sudah tak nampak lagi. Begitupun dengan senyum anggun yang selalu membuat Daffa jatuh hati. Hanya ekspresi kelam yang tersisa. Memikirkan sebegitu besar luka yang ia tinggalkan membuat hatinya perih.

"Hanya seseorang dari masa lalu, Dan." Jawab Emma pelan setelah berhasil mengumpulkan tenaganya untuk membuka suara. Berkali-kali dia meyakinkan diri dalam hati bahwa dia bisa melalui ini.

"Bisa kita bicara, Em?" Daffa melangkah maju sekali, namun terhenti karena Emily menahannya disamping. Emma menatap Emily tepat dimatanya. Mengirimkan sinyal kebencian dibalik tatapan angkuhnya. Kepercayaan dirinya kembali. Wanita jalang ini bukan apa-apa. Mereka bukan siapa-siapa.
Namun kalau dia pikir Emily akan kalah dengan tatapan angkuh itu, maka Emma salah besar. Karena Emily saat ini tengah menatapnya dengan tatapan sinis sambil tersenyum licik. Emma naik darah. Tangannya mencengkram pouch yang di genggamnya.

"Sepertinya WANITA ANDA tidak memberi izin untuk bicara padaku. Lagipula menurutku sudah tak ada lagi yang harus dibicarakan di antara kita sekalipun hanya sekedar basa-basi. Bukan begitu, Tuan Daffa?" Tekan Emma pada Daffa yang terlihat begitu muram di depannya namun tetap bungkam membuat Emma geram.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin anda sampaikan, saya dan TUNANGAN saya mohon diri. Selamat malam" lanjut Emma kemudian memberi kode pada Danny disampingnya. Lalu mereka kembali berjalan melewati Daffa dan Emily yang terpaku di tempatnya.

Emily melihat Daffa dengan sedih. Sedih melihat Daffa yang begitu tersakiti saat ini. Sedih mengetahui Daffa masih begitu mencintai Emma dan terlihat begitu merindukannya. Sedih karena dia sadar bahwa dia tidak memiliki harapan untuk bisa berada di hati Daffa. Namun walau begitu, dia masih akan terus berjuang. Karena di lain sisi kini Emma telah bahagia dengan yang lain.

Only EmeraldWhere stories live. Discover now