Part 26

1K 49 17
                                    

Emma terbelalak kaget oleh apa yang dilihatnya sekarang. Danny dan Daffa berdiri berhadapan. Dengan lengan Danny berada di cengkraman Daffa.

Ekspresi Daffa mengeras. Sedangkan tatapan Danny terlihat sangat siap untuk membunuh Daffa.

"Dia bilang lepasin, bung."

Danny balas mencengkram tangan Daffa yang mencengkram lengannya.

"None of your bussiness." Meloloskan lengan Emma lalu membuang cengkraman Daffa dengan kasar. Tidak sempat menghindar, Danny meninju Daffa tepat dipelipis kirinya dengan keras hingga Daffa terjerembab.

Emma berteriak histeris saat Daffa jatuh ke tanah.

"What the hell you doing, Dan." Pekik Emma pada Danny. Lalu menghampiri Daffa hendak membantunya berdiri namun Danny kembali mencengkram lengan Emma, kasar. Melihatnya, Daffa berdiri lalu membalas tinju Danny tak kalah keras lalu merangkul Emma sebelum tertarik oleh Danny yg terhuyung.

"Beraninya lo nyentuh cewek gue." Hardik Danny kemudian menarik Emma kembali dengan kasar. Kini posisi Emma berada ditengah dengan kedua lengannya ditarik oleh dua pria. Emma menghempaskan kedua lengannya dengan kencang ke bawah untuk membebaskannya.

"STOP!" Teriak Emma sekencang-kencangnya. Air mata mengalir ke pipinya. "Bisakah kalian tidak memperlakukanku seperti barang? Aku bukan mainan yang bisa kalian perebutkan." Lanjut Emma melirik Daffa dan Danny secara bergantian.

"Danny!" Hardik Emma penuh amarah, menunjukkan telunjuk padanya. "Jangan pernah memaksaku seperti itu lagi." Telunjuknya kemudian berpindah pada Daffa.
"Dan kamu..." terhenti sejenak, sembari berfikir akan sesuatu. "Well, karena ini sudah bukan jam kantor, aku tidak perlu memanggilmu 'bapak' lagi." Emma menunduk sebentar karena rasa malu mengingat ini masih lingkungan kantor. Dan dihadapannya adalah bosnya.

Menoleh kembali, Lalu melanjutkan kalimatnya."Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi sebaiknya kamu pergi."

Ucapan Emma membuat Daffa termangu di tempatnya. Mundur perlahan lalu berbalik, berjalan menjauhi keduanya tanpa sepatah katapun. Membuat Emma menyesali perkataannya. Namun ia tahu ada hal lain yang lebih penting, yang harus ia hadapi sekarang. Menoleh pada Danny dengan tatapan gusar.

"Aku pulang. Sendiri. Beri aku waktu untuk berfikir." Ucapnya, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, maksudku beri 'kita' waktu untuk berfikir." Kemudian berlari memasuki gedung tanpa mempedulikan Danny yang berdiri mematung dengan tatapan kosong.

***

"Gagal nih roman-romannya." Ujar Ferdi saat Daffa merangkak masuk ke mobil dengan wajah suram.

Daffa tidak menjawab. Ferdi mengerutkan kening, khawatir.

"Bro, masih tahap awal. Masih terlalu dini untuk bermuram durja, woy." Hiburnya menepuk pundak Daffa.

Daffa mengangguk perlahan. Mengusap sudut bibirnya yang perih karena tergigit akibat tinju Danny. Ingatan itu kembali membuatnya naik pitam.

"Oh iya, tadi kan gue ngintip di pojokan situ, terus lu tau gak pas tadi lu dapet jotos dari si tunangan, hampir aja gue maju lompatin dia. Untung aja lu bales. Kalo gak, udah gue cegat tuh orang diperempatan." Terang Ferdi membuat Daffa terkekeh geli.

"Lu pasti kalah." Ucap Daffa singkat.

Ferdi melirik pada Daffa dengan tajam, menaikkan sebelah alisnya. "Lu ga percaya kalau gue bisa beat up dia?" Yakinnya.

Only EmeraldTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon