Officially in a Relationship.

16.5K 580 0
                                    

Ali mengerjapkan matanya, melihat jam didinding kamarnya. Sudah jam 07.15. Ia harus segera bersiap-siap pergi ke lokasi, tapi badannya seperti malas sekali bergerak dari tempat tidurnya. Entah kenapa sejak shooting sinetron yang baru ini, ia tidak terlalu bersemangat. Tidak seperti saat ia shooting bersama Prilly, Kevin, Kirun dan teman-temannya yang dulu. Ia tidak merasakan rasa kekeluargaan seperti yang ia rasakan waktu itu.

Ali mengambil ponselnya yang terletak diatas meja kecil disamping tempat tidurnya. Ada beberapa pesan disana. Ia membuka pesan diponselnya, melihat nama pengirimnya. Ia mendesah, tidak menemukan nama Prilly disana. Terakhir kali Prilly mengiriminya pesan adalah semalam, saat emosinya masih belum stabil. Pasti Prilly benar-benar marah kepadanya. Biasanya ia selalu mengirimkan pesan selamat pagi, atau menyuruhnya bangun untuk bersiap shooting.

---

Prilly mengecek ponselnya untuk kesekian kalinya pagi ini. Masih belum ada pesan dari Ali. Pasti Ali sudah bangun, karena Prilly tahu benar Ali tidak pernah bisa bangun siang. Bahkan saat ia kelelahan sekali pun. Biasanya Ali selalu mengucapkan selamat pagi. Prilly semakin kalau Ali masih marah. Kenapa sih masalah sepele kayak gini bisa bikin Ali semarah ini? Ingin rasanya Prilly bilang pada Ali kalau yang Ali rasakan saat ini sama seperti yang Prilly rasakan saat melihat Ali tertawa atau bercanda dengan lawan mainnya, tapi ia tidak mau. Ia menahan dirinya, karena tahu kalau ia mengatakan itu pada Ali, masalah ini tidak akan selesai. Benar-benar cemburu menguras hati, batinnya.

Suara ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk, secepat kilat Prilly langsung membuka ponselnya. Sudut bibirnya tertarik kesamping. Ali.
Bisa ketemu gak hari ini?

Dari isi pesannya sih sepertinya Ali masih marah. Pertama kalinya Ali tidak mengucapkan selamat pagi. Prilly setuju, ia memang harus segera berbicara dengan Ali. Tidak ingin masalah sepele ini berkepanjangan.
Sore. Gue lagi shooting iklan. Balasnya. Entahlah bagaimana cara Ali membaca pesannya. Prilly sendiri yang mengetik pesan itu sadar, kalau pesannya pasti terdengar ketus.

---

"Mas, nanti sore gue izin ya. Mau keluar sebentar. Ada urusan," izin Ali pada asisten sutradara yang ada disana.

"Coba nanti hue tanyain Mas Minul dulu ya,"

"Tolong ya, Mas, gue beneran ada urusan banget. Gak bisa diganggu gugat," katanya memohon.

"Gue usahain,"

"Bang, ini kita ngambil edegan si Ali dulu bisa gak? Dia mau ada izin ada urusan," tanya asisten sutradara tadi kepada sutradara.

"Oh, gitu? Yaudah suruh yang lain siap-siap dulu aja," Ali yang mendengar percakapan itu pun menghembuskan nafas lega.

Sore itu Ali baru saja menyelesaikan pengambilan gambar edegan dirinya dan lawan mainnya. Ali melihat jam tangannya, pukul 15.55. Ia sudah berjanji akan menjemput Prilly ditempat shootingnya didaerah Kemang. Ia segera bergegas mengganti bajunya dan langsung berangkat mengendarai mobilnya sendiri. Ia sudah telat. Prilly pasti semakin bete dengannya.

"Sorry telat," kata Ali menghampiri Prilly yang sedang duduk memainkan handphonenya disalah satu cafe didaerah Kemang.

Prilly menoleh. Kata-kata Ali terdengar kaku ditelinga Prilly, tidak seperti Ali yang ia tahu. Terlihat sekali ia masih marah. Jangan-jangan Ali ingin bertemu karena ingin memisahkan dirinya dari Prilly? Kenapa harus repot-repot bertemu kalau memang mau menjauh? Lewat telepon kan bisa, pikirnya. "Gapapa," suara Prilly tidak kalah kakunya. Sebenarnya mereka kenapa sih? Benar-benar tidak seperti Ali dan Prilly.

"Gue mau ngomong," kata Ali tetap berdiri tidak bergerak dari tempatnya. Ia memandang kesekeliling, lalu, "tapi gak mungkin disini. Kita ngomong dimobil aja," katanya lagi. Prilly langsung berdiri dan mengikuti Ali berjalan kemobilnya.

Sweetest DrugWhere stories live. Discover now