CHAPTER 14

4.1K 272 57
                                    

Enjoy!
---

"Ah, yeah!"

Desahan wanita di bawah Jake mengisi pendengarannya yang tengah berayun pasti penuh hentakan.

Kedua wajah mereka memerah dengan kilat keringat membanjiri tubuh.

Jake terus menghunjam dengan mata terpejam, rasa nikmat dan pikiran yang berkecamuk bercampur, menggulung hasratnya.

Ia membalik tubuh wanita itu dengan sekali sentak, menjambak kasar rambut tersebut hingga punggung wanita itu melengkung. Jake hanya berfokus menuntaskan rasa panas di tubuhnya. Gerakan Jake semakin kasar, membuat mata sayu wanita itu terbelalak sesaat dengan rasa sakit di kepalanya. Namun wanita berambut pirang itu tampak tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langkanya karena bisa bercinta dengan seorang Jake Ryver. Ia memilih terpejam menikmati apapun yang pria seksi itu lakukan padanya.

----------------

Pukul tiga pagi ketika manik legam Jake melirik jam di ponselnya. Ia menyibak selimut yang sempat membungkus tubuhnya.

Langkahnya berderap menjauh, meraih potongan pakaian untuk menutup tubuh bagian bawahnya, lalu menyambar gelas dan sebotol cairan keemasan, kemudian duduk pada single sofa di samping dinding kaca hotel.

Jake menuangkan whiskey ke dalam gelas. Ia menyandarkan tubuh, memandang datar pada wanita yang tak ia ingat siapa namanya di ranjang sana yang tengah tertidur menelungkup dengan selimut yang hanya menutupi sampai batas pinggangnya.

Diteguknya minuman itu bersamaan dengan pikirannya yang melayang.

Potongan-potongan kehidupan liarnya bermunculan. Deretan berbagai macam pesta dengan para wanita yang menggoyangkan tubuh seksi mereka, mengelilingi Jake. Bercinta dengan penuh hasrat panas yang menderu. Menikmati bergelas-gelas alkohol dengan tawa para wanita dalam rangkulannya.

Hidup dikelilingi wanita sudah menjadi bagian dari gaya hidup, kebiasaan yang melekat pada dirinya. Lagi, Jake meneguk whiskeynya. Ia terkekeh membayangkan dirinya menjadi pria normal yang bertahan dengan satu wanita dalam hidupnya. Itu terasa berat, mustahil dan sedikit konyol.

Ia menikmati dan membenci para wanita dalam satu waktu. Jake tak mampu menyangkal bahwa kaum wanita memiliki pusat candu baginya di tubuh mereka. Namun, Jake juga masih dapat mengingat dan merasakan bagaimana kesakitan dan penderitaannya karena sosok wanita.

Lalu, Jake mendesah kasar ketika bayangan Vello dan Zerenity silih berganti memerangkap benaknya. Kini, ada dua wanita yang menjadi pengecualian serta menjadi ambisinya.

Namun itu hanya berakhir menjadi ambisi kosong karena ia cukup menyadari kecacatannya untuk menggapai wanita tersebut.

Jake bangkit dari duduk, menempelkan lengan bawahnya pada dinding kaca. Matanya jatuh memandang jauh di sana pada malam yang tak menyurutkan kota dari kesenyapan.

Jika Vello memang tak mungkin untuk ia raih, maka Zerenity pada akhirnya sengaja tak ia gapai. Ya, Jake telah menghentikan langkahnya sebelum ia melumuri dirinya sendiri dengan kebusukan yang akan semakin menyengat.

Mungkin inilah hidupnya dan akan selalu seperti itu. Lagi pula, bukankah ia sudah terbiasa tersiksa oleh bayangan Vello yang memesona? Mungkin ia hanya butuh menikmatinya karena mungkin sebenarnya hanya itu yang ia butuhkan. Merasa hidup pada hatinya yang mati, karena pada kenyataannya ketika sosok Zerenity hadir, tangan kotor Jake tak kuasa untuk menyentuh wanita itu. Pendosa yang menginginkan wanita suci.

Trapped By Obsession [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon