BAB XVIII

37 3 0
                                    


Vella mendudukan dirinya dari berbaring lalu menyandarkan tubuhnya pada bantal yang sudah ia taruh pada kepala kasur. Ia menatap pintu ruang inapnya. Di sana ia bisa lihat 4 orang pengawal yang berjaga. ia pernah bertanya pada anisa apa yang telah terjadi, namun wanita itu hanyak tersenyum lalu menjawab ' tidak ada apa-apa '. Banyak pemikiran negative yang sudah bersarang pada otaknya hingga membuat penyakitnya kambuh. Ia pernah bertanya pada bunda dan ayah anisa, mereka pun hanya diam tidak menjawab. Vella merasakan lagi sakit yang menyerang kepalanya, ia menjambak sendiri rambutnya guna menghilangkan rasa sakit itu. kemudian ia merasakan darah segar keluar dari hidungnya. Vella segera mengambil tisu pada nakas di sampingnya lalu membersihkan darah itu. setelahnya vella mengambil ponselnya mengecek apakah anisa menghubunginya, namun yang ia temukan hanya chat dari Charlie yang memberitahunya untuk tidak lupa meminum obatnya. Vella kembali melihat kearah pintu ruanganya dengan padangan sendu.

Anisa keluar dari apartemen disusul dengan daniel dan juga bryan. Mereka berjalan menuju keluar Gedung apartemen dan menuju basement menambil kendaran mereka. saat akan sampai pada mobil daniel berada, anisa memegang pergelangan tangan bryan sehingga lelaki itu terdiam llau menoleh ke arahnya. Daniel yang merasakan kedua orang itu terhenti ia juga ikut menghentikan langkahnya llau menolehkan kepalanya pada mereka.

" kalian duluan saja nanti saya akan menyusul kalian, saya mau kerumah sakit "

" aku antar " anisa menggeleng lalu menatap bryan.

" kalian harus menemukan wanita itu, aku tidak tenang kalau dia masih berkeliaran diluar sana"

" kalau begitu aku saja yang ke rumah sakit kalian yang mencarinya " saat daniel hendak membuka pintu mobilnya, anisa menahannya dengan menutup kembali pintu mobilnya.

" aku yang akan kerumah sakit kau ikut Bersama bryan " tegas anisa

" tapi ve-"

" aku sudah memegang sumpah mu daniel " kata anisa dingin. Daniel menghembuskan nafasnya kasar lalu mengacak kasar rambutnya. Ia benar-benar frustasi saat ini. bryan memegang pundaknya lalu mentap sahabatnya itu.

" kita harus cari wanita itu dan, kalau enggak vella dalam bahaya " daniel menatap kearah bryan, lalu tangannya mengepal dengn kuat. Jika sesuatu terjadi pada wanitanya, jangan salahkan daniel jika ia membunuh alice pada saat itu juga. Itu adalah janjinya pada anisa dan juga ibu vella.

Alice menatap ketiga orang yang tengah beragumen dari mobilnya. Lalu ia menoleh pada kaca mobil yang berada bagian mobilnya untuk melihat orang yang berada di belakangnya.

" dengar setelah kedua pria itu pergi, kalian lakukan tugas kalian. Mengerti !"

"baik bos " jawab kedua pria dengan badan yang besar itu.

Alice kembali menatap ketiga orang itu. mengamati lalu mengeluarkan senyuman liciknya. Ternyata bryan lebih cepat bergerak dari apa yang ia pikirkan . alice benar-benar muak dengan lelaki itu. dari dulu bryanlah penghalang antara ia dan juga daniel.

" bos bagaimana dengan wanita sakit itu ?" alice menatap salah satu anak buahnya melalui kaca mobil.

" kita ubah rencana, kita akan membuat dia sendiri yang akan datang " jawab alice tenang.


Vella mengubah beberapa kali posisi berbaringnya, sesekali melihat jam. Sekarang sudah pukul setengah enam dan anisa belum kembali dari tadi pagi. Bagaimana ia tidak khawatir. Ia sudah menghubungi wanita itu, tapi anisa tidak menjawabnya. Pintu terbuka menampilkan seorang pria yang dikenal dengan pakaian dokternya. Charlie tersenyum kearah vella dan vella membalasnya.

" belum ada jawaban ?" tanyanya.

" belum, dari tadi aku telpon tapi dia gak angkat " jawab vella khawatir. Sebenarnya Charlie juga sama khawatirnya dengan vella. Ia bahkan berfikir ada yang tidak beres dengan wanita itu dari kemarin.

Tring

Bunyi notifikasi dari handphonenya membuat dua orang itu langsung menoleh dan vella mengambilnya. Di sana ada 3 pesan dari anisa. ada sedikit perasaan lega dari vella. Akan tetapi perasaan itu segera tergantikan dengan rasa takut saat ia sudah membuka pesan itu. disana ada sebuah pesan, lokasi dan foto yang dikirimkan. Vella membaca pesan itu dengan tangan yang genetar dan keringat yang mengalir pada pelipisnya.

" kalau kau ingin menyelamatkan sahabatmu yang tersayang ini, datang lah kesini aku sudah mengirmkan lokasinya. Aku tunggu ya navella adriyanti 😉"

Dengan tangan gematar vella membuka foto tersebut lalu tertampanglah seorang wanita yang tengah di ikat pada sebuah pohon besar. Ia memperbesar foto itu, lalu menutup mulutnya di sana anisa dengan wajah yang pucat dan pipinya yang membiru bahkan bajunya sudah sobek pada bagian bahunya sehingga bahu mulus wanita itu terlihat. Vella mengepalkan tanganya kuat. Ia tahu siapa yang ada di balik ini semua. Karena vella sudah menyiapkan diri jika wanita itu akan berhadapan dengannya kembali .



mett baca kawan-kawan ^^




Navella (Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang