✩ 36

194 33 1
                                    

Matahari menelungkup masuk membangunkan sheena dari tidurnya. Pertemuan dengan fay dan angga kemarin benar-benar meningkatkan moodnya.

Seperti ucapan fay 'lo gak usah terlalu memikirkan apa yang akan terjadi nanti nai, biarin semua kisah di hidup lo mengalir seperti semestinya'

Dan ucapan angga 'karna setiap awalan pasti ada akhirnya. Sama seperti masalah yang pernah dan akan ada di hidup lo, semuanya pasti akan selesai pada waktunya'

Sheena melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi lalu ia masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai, sheena keluar "Astaghfirullah mama! nai kaget! Kenapa harus duduk sambil natap aku kayak gitu sih?"

"Kamu harus jujur sama mama ya nai!" Ujar afifah yang tampak serius.

Sheena meletakkan handuknya sembari mengernyit. Kenapa mamanya tiba-tiba mendadak serius gini. Tumben.

"Apa doa mama diam-diam terkabul?" Ujar afifah.

Sheena makin mengernyit. "Nai gak ngerti ah. Ada apa sih?" Kata sheena sembari menyisir rambutnya.

"Coffeeshop sirius!" Ujar afifah.

Sheena berhenti menyisir rambutnya, "kenapa sama coffeeshop sirius?" Tanyanya sembari menatap afifah dari pantulan kaca.

"Siapa ya namanya? Mama lupa" balasnya "oh iya kala! Pemilik coffeeshop yang ganteng, terus pilot itu kan. Kamu deket sama dia ya?!"

Sheena menghela nafas lalu kembali menyisir rambutnya. "Nai kirain ada apa"

"Jadi kamu selama ini diem-diem beneran deket sama dia kan?" Tanyanya lagi.

"Kok mama tiba-tiba bisa nanya gitu? tumben" kata sheena yang masih menyisir.

"Ya soalnya orangnya ada dibawah.." ujar afifah yang membuat sheena langsung menoleh.

"Hah? Kala dibawah?!"

Afifah mengangguk. "Kamu temuin gih. Mama dukung!"

"Ih apasi ma.." ujar sheena yang cemas. "Mama aja lha yang temuin. Bilang aja aku lagi ketemu sama fay atau angga gitu"

"Mama udah bilang kamu ada diatas.." balas afifah "kamu sama dia lagi ada masalah?"

Sheena menggeleng lalu dengan cepat keluar dari kamarnya, meninggalkan afifah yang masih kebingungan. "Deket gak ada kabar, tiba-tiba disini mereka kayak lagi berantem gini. Dasar anak muda" ujar afifah.

Sheena langsung turun tangga dan menuju ruang tamu. Ia berhenti saat melihat kala yang menoleh ke arahnya. Sheena sudah memikirkan kalau hal ini pasti akan terjadi dan ia sudah menentukan pilihannya.

"di depan aja kal" kata sheena sembari mengajak kala berbicara di depan saja. Karena sampai sekarang, orangtuanya tidak tahu alasan sebenarnya mengapa ia pulang ke jakarta. Orangtuanya hanya tahu ia sedikit lelah disana.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya kala dengan tatapan seperti biasa. Tatapan yang lembut.

Sheena mengangguk. "Maaf karena bikin kamu jadi diposisi sekarang" ujarnya lagi.

Sheena masih diam dan tidak menatap kala. Karna mata kala selalu menjadi alasannya untuk tetap bertahan.

"Aku juga minta maaf kal karna gak cerita semuanya sama kamu saat aku diterror. Maaf karena aku juga gak nepatin janji aku untuk gak pergi dari kamu"

Kala tersenyum. Setelah kalimat dari bibir sheena keluar, hening. Keduanya diam. Tak ada lagi yang berbicara.

Sheena akhirnya memberanikan diri untuk menatap mata kala. Menatap wajah kala. Menatap bibir yang masih memberikan senyum padanya.

"Aku ngalah na" ujar kala sembari tersenyum.

Deg.

Sheena terdiam. Keputusan yang sudah ia pilih memang untuk tidak bersama kala dan bian. Tentu, Agar terasa adil untuk keduanya.

Tapi mendengar pernyataan kala barusan, mengapa hati sheena terasa sakit? Bukankah ini yang sheena mau?

"Asal kamu selalu nyaman tanpa ada rasa bersalah, aku bisa mundur"

Mata sheena kembali berkaca-kaca. Mendengar kalimat itu keluar dari bibir kala, rasanya sesak.

"maaf ya karena udah bikin kamu jadi ngerasain rasa sakit lagi" ujar kala sembari mengelus puncak kepala sheena "maaf, karna aku gak bisa lagi ngelanjutin tugas azka"

Air mata sheena jatuh saat mendengar penuturan kala. Kala berlutut di depan sheena untuk menghapus air matanya. "Kalau dengan gak ketemu aku lagi bikin kamu jauh dari rasa bersalah. Aku gapapa. Yang penting gak ada lagi air mata kamu yang jatuh kayak gini" ujar kala lalu tersenyum.

"Aku pamit ya" kata kala sembari mengusap lembut pipi sheena. "Jaga kesehatan selalu, sheena"

Kala berdiri lalu beranjak pergi. Sheena masih terdiam dengan air mata yang terus jatuh.

Mengapa bisa semesta membiarkan dirinya dipertemukan dengan laki-laki yang sangat baik seperti kala, dan menempatkan dirinya sebagai alasan hati laki-laki itu tersakiti.

Dan bagi kala sendiri, seperti matahari yang sanggup menghilang setiap malam demi membiarkan bulan bernafas, Kala pun akan melakukan hal yang sama untuk sheena.

AstrophiliaWhere stories live. Discover now