✩ 20

225 24 1
                                    

Sirius coffee shop benar-benar tidak dibuka untuk umum, malam ini. Pemberitahuan itu sudah disebar melalui social media. Di dalam pun sudah ramai dengan teman-teman bian—Termasuk sheena dan yura.

"Untuk merayakan lulusnya sidang gue" kata bian seraya mengangkat tinggi-tinggi gelas itu yang dilanjuti sorakan dan tepuk tangan meriah dari teman-temannya.

Sheena dan yura duduk di lain meja dan tidak bergabung dengan teman-teman bian yang lain. Yura tersenyum sembari menatap bian yang membuat sheena langsung berdecak. "Apa lo gak bisa natap kak bian gak terang-terangan kayak gitu ra?" Ledek sheena.

"Enggak" yura tersenyum "Tuh liat. Muka kak bian yang tiba-tiba jadi serius aja diliat-liat makin kasep"

Sheena menoleh ke arah bian. Wajah laki-laki itu berubah menjadi serius sembari melihat jam yang ada di tangannya.

"Ngomong-ngomong kok bisa ya dia nutup tempat ini? Jangan-jangan dia pemiliknya?" Sahut yura sembari menutup mulutnya.

Sheena diam. "Iyakan? Kalau bukan pemiliknya mana mungkin kak bian bisa nutup coffee shop selaku ini" lanjut yura.

Sheena mengangguk. "Ya mungkin"

Bunyi lonceng yang tertempel pada pintu menginterupsi pandangan yura yang lagi-lagi sedang menatap kak bian. Yura langsung menggoyangkan tangan sheena yang sedang asik menyantap makanannya.

"Apa sih ra?"

"Itu liat. Yang baru masuk. Kasep pisan" kata yura.

Sheena mengikuti pandangan yura. "Mata lo tuh gak bisa banget ya kalau liat cowok ganteng"

"Na! Na! Mereka kesini!" Bisik yura saat melihat bian ke arah mejanya.

"Hai!! Makasih ya udah dateng" kata bian yang membuat yura langsung berdiri.

"Iya kak. Kita makasih juga karena kak bian mau ngundang kita padahal kita juga baru kenal" balas yura.

Bian tertawa. "Oh iya gue mau ngenalin. Dia kala. Pemilik coffee shop ini. Ya kita bangun berdua sih sebenernya tapi kala ini paling banyak andilnya"

Yura langsung mengulurkan tangannya. "Yura"

"Kala" mata kala beralih pada sheena yang masih duduk—Berbeda sekali dengan reaksi yura. Yura yang menyadari itu langsung menyenggol lengan sheena.

Sheena mau tak mau berdiri. "Sheena"

"Kala" kala tersenyum lalu menatap bian. Matanya seolah berkata, Jadi ini?

"Yaudah kalian nikmatin lagi ya. Gue sama kala ke belakang dulu" ujar bian.

Yura mengangguk. Begitu dua laki-laki itu pergi, yura langsung menangkup kedua pipi sheena. "Sheena lo cuek banget ampun. Lo gak boleh lagi cuek-cuek kayak gitu apalagi sama dua cowok kasep itu" kata yura.

Sheena menghela nafas. "Iya"

"Abis darimana lo?! Udah gak dateng waktu gue sidang sekarang juga telat" omel bian.

Kala tertawa yang memperlihatkan lesung pipinya. Omelan bian kali ini persis pacar yang lagi ngambek. "Gue di bandara seharian. Ada urusan sama temen. Maaf ya sayang" ledek kala.

Bian berdecak. "Jadi dia yang namanya sheena?" Sahut kala.

Bian mengangguk. "Anaknya emang cuek gitu ya?" Tanyanya lagi.

"Iya. Tapi gemes gak sih?" Balas bian.

Kala mengernyit. "Katanya gak suka terus waktu itu bilangnya dia bukan siapa-siapa lo, Kok sekarang malah gemes?" Ledeknya

"Beneran gak suka kok!" Bian jadi salah tingkah sendiri, "ya emang bukan siapa-siapa. Ah gimana ya jelasinnya. Pokoknya gitu deh. Udah ah gue ke depan dulu. Nanti temen-temen gue nyariin"

Kala tertawa melihat bian yang salah tingkah. Ia kembali mengingat wajah sheena. Ada rasa tidak asing saat melihat wajah perempuan itu.

'Siapa ya?' Batin kala.

———————————— —————————————

"abi gue udah keluar dari rumah sakit sekarang nih na" ujar yura setelah ia mendapat telfon dari mamanya.

"Jadi lo mau langsung kerumah sakit sekarang?" Tanya sheena.

Yura mengangguk. "Lo mau ikut gue atau masih mau disini?"

Sheena menggeleng. "Gue pulang aja deh"

"Sendiri?" Tanya yura.

"Iya gapapa. Udah lo duluan aja. Gue mau ke toilet dulu. Abis itu baru gue pulang" kata sheena lalu tersenyum.

"Hati-hati ya na! Kalau udah sampe rumah kabarin gue. Gue pamit ke kak bian dulu" kata yura.

Sheena mengangguk lalu pergi ke toilet. Ia berpikir kapan mobilnya akan keluar dari bengkel. Ia tidak tega jika terus merepotkan yura terlebih lagi kalau yura ada urusan mendadak. Tipikal teman seperti yura itu langka. Dia orang yang paling cepat khawatir.

Setelah keluar dari toilet, sheena hendak menghampiri bian untuk pamit. Ya bagaimanapun juga ia harus sopan dengan sang pemilik acara.

"Ehm. Kak bian" panggil sheena.

Bian yang sedang berbicara dengan kala sontak menoleh. "Ya? Udah mau pulang ya?"

Sheena mengernyit. Pasti yura yang kasih tau.

"Iya saya—"

"Gue" sahut bian "kan gue udah bilang kalau ngomong sama gue gak usah pake saya"

"I-iya. Gue pulang sekarang ya kak" kata sheena.

"Sendiri? Gimana kalau gue anter aja? Sirius kan lumayan jauh dari kampus. Otomatis lumayan jauh juga dari rumah lo" Ajak bian.

Sheena menggeleng. "Gak usah kak. Kan disini masih banyak temen-temennya. Gue pulang sendiri aja"

Bian tampak berpikir. Ia juga tidak enak jika meninggalkan teman-temannya begitu saja. Terlebih lagi ini juga acaranya.

"Oke kala aja kalau gitu yang nganter" kata bian yang membuat kala langsung tersedak.

Sheena yang melihat itu jadi sedikit merasa bersalah. "Ah gak usah kak bian. Gue bener-bener bisa pulang sendiri"

Kala menatap bian. Wajahnya seolah berkata 'gue?' 'Kenapa gak lo aja?'. Sedangkan wajah bian berkata 'cepetan sekarang kala'

Kala menghela nafas. "Oke gue anter"

AstrophiliaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu