✩ 25

227 37 2
                                    

Sheena mulai menerima semua garis yang telah ditoreh di hidupnya. Membiarkan semuanya mengalir seperti semula. Membiarkan semuanya terjadi seperti kehendak semesta. Ia percaya apa yang terjadi padanya sudah pilihan terbaik dari semua yang telah disediakan. Ia pun percaya yang sudah menjadi miliknya, akan terus menjadi miliknya. Begitu sebaliknya.

"Huwaaa udaranya enak banget disini" kata sheena setelah turun dari mobil sembari menghirup udara segar di tebing keraton itu.

"Baru disini lho, belum di puncaknya" kala tertawa.

"Hehe iya juga sih" balas sheena lalu membetulkan beanies di kepalanya. Kala yang menyuruh sheena untuk memakai itu karna cuaca yang cukup dingin.

"Yuk" kala mengulurkan tangannya.

"Gak jauh kan?"

Kala menggeleng. "Gak sampe lima menit kok. Pelan-pelan aja"

Sheena mengangguk lalu melihat jam yang ada di handphonenya "Sebentar lagi matahari terbenam kal. Ayo gak usah pelan-pelan"

Kala tertawa "Aku udah ngitung na. Kita masih punya banyak waktu sampai sunset"

"Lebih cepat lebih baik kalaa. Ayo semangat pak pilot!!" Kata sheena yang sudah tiga langkah di depan kala.

Senyum kala benar-benar mengembang hari ini. Pilihannya untuk mengajak sheena ke tebing keraton ini ternyata berdampak baik pada moodnya.

"Menikmati alam ternyata seenak ini ya kal" kata sheena begitu berada di puncaknya.

"Suka?"

Sheena mengangguk antusias. Kala bisa melihat mata sheena yang berbinar-binar dan terlihat begitu senang.

Kala menatap sheena yang terus tersenyum sembari memandang hamparan hutan dan langit senja.

"Selama ini berat banget ya na?" Ujar kala.

Sheena menoleh "selama ini kamu pendem semuanya sendiri, berat banget ya?" Ujarnya lagi.

Ia tersenyum tipis "lumayan berat. Gak akan ada yang kuat dari sakitnya ditinggal selamanya kan kal?"

Kala tersenyum lalu mengangguk. Sheena kembali menatap burung-burung yang terbang tinggi di langit. "Tapi makin kesini, aku mau coba berdamai sama masa lalu. Karna aku tau, aku belum bisa memulai masa depan kalau masih terjebak sama masa lalu"

"Makasih ya kal?" Ujarnya lagi.

"Untuk?"

"Untuk terus disini. Aku tau rasanya gak menjadi satu-satunya itu kayak gimana. Aku juga tau rasanya gak sepenuhnya memenangkan hati itu kayak gimana. Bantu aku terus ya kal?" Ujar sheena sembari menatap mata coklat terang milik kala.

Kala tersenyum yang menampakkan lesung pipinya, "tanpa kamu minta atau tanpa kamu bilang pun, aku selalu disini. Aku akan selalu bantu kamu untuk pulih dari rasa sakit yang selama ini ada di hati kamu"

Kali ini senyum sheena yang mengembang. Ternyata mencoba untuk membuka diri tak begitu menakutkan seperti apa yang selama ini ia pikirkan "Azka pasti seneng banget punya sahabat kayak kamu" ujar kala.

Sheena tertawa kecil "aku baru sadar, ternyata selama ini hidup aku udah penuh berkah Tuhan. Jadi sahabat olan dari kecil itu udah berkah banget buat aku. Tapi begitu dia pergi selamanya, itu kayak mimpi kal. Aku terus mikir kalau aku ini cuma mimpi. Padahal kalau aku terus berpikir kayak gitu, aku sama aja menentang Tuhan. Padahal Tuhan selama ini udah baik banget sama aku"

Kala terus menatap sheena dengan lembut dan menjadi pendengar yang sangat baik untuknya.

"Setelah aku baca lagi surat dari olan, aku tau kalau olan juga gak akan suka kalau aku begini. Dia orang yang paling gak mau ngeliat aku sedih setelah mama papa. Dia orang yang paling mentingin kebahagiaan aku dari kebahagiaannya sendiri. Jadi kalau seandainya dia disini dan ngeliat sikap aku kemarin-kemarin, pasti dia marah banget" kata sheena yang tertawa sembari lagi-lagi meneteskan air matanya.

Kala langsung dengan cepat menghapus air mata sheena.

"Aku selalu mikir seandainya, seandainya, seandainya terus. kalau seandainya olan tetep ada disini, aku juga gak akan bisa kalau harus ngeliat dia kesakitan terus. Akhirnya aku jadi serba salah. Kehilangan dia gak mau, apalagi kalau ngeliat dia kesakitan. Jadi rasanya kayak seluruh dunia aku hancur gitu aja" Kata sheena lalu menatap matahari yang mulai terbenam.

Sheena menghela nafas "ah... maaf kal. Harusnya kita kesini buat seneng-seneng ya? Tapi kamu malah dengerin keluh aku"

Tangan kala beralih ke puncak kepala sheena dan mengelusnya "Kamu emang gak boleh lagi pendem semuanya sendiri. Aku gak butuh satu momen khusus buat seneng-seneng. Ada kamu, aku udah seneng"

Kala selangkah lebih maju untuk menghapus air mata yang tersisa di pipi sheena, "jangan sedih lagi ya cantik. Kamu perlu tau. Orang yang akan selalu sayang dan jagain kamu, sekarang bertambah satu"

"Itu aku" lanjutnya.



———————————— —————————————

Gak tau kenapa gue nangis nulis part ini😩🥺 jangan lupa vote dan comment temen-temen semua❤️🥰

AstrophiliaWhere stories live. Discover now