Yoongi segera menghentikan kebiasaan buruknya itu, terutama ketika ia mulai merasakan rasa sakit di bibirnya. Ia mengusap pelan bibirnya untuk menenangkannya.
"Jadi?" tanya Namjoon.
Pertanyaan Namjoon yang telah menunggu beberapa menit lalu membuat Yoongi tersadar.
Ia pun memantapkan dirinya.
"...Ini mengenai semalam," kata Yoongi kemudian. Ia memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman karena ia dapat merasakan kegugupan mulai menguasai dirinya. "Kurasa kita masih harus... membicarakannya."
Namjoon mengangguk. Ia pun tahu bahwa ia akan segera membicarakan hal ini dengan Yoongi, sehingga ia tak terkejut.
"Aku kira semalam sudah jelas, Hyung," kata Namjoon sambil tersenyum. "Kau dan aku sudah membuat semuanya begitu jelas seperti air."
"Aku tahu," kata Yoongi lebih cepat, sebelum menenangkan dirinya. "Aku tahu. Hanya saja... ada beberapa hal yang tidak kuperjelas padamu. Terutama mengenai semalam, di gang itu, kau—"
Namjoon mengerang pelan lalu menundukkan kepalanya. Ia melepaskan kacamatanya dan memijat keningnya.
"Aku ingin meminta maaf akan hal itu, Hyung," katanya pelan, "aku memaksakan semuanya padamu dan aku bertingkah sok tahu. Seharusnya aku memastikan dahulu kebenarannya sebelum aku bertindak bodoh dan mengambil keputusan untuk menciummu."
Yoongi hanya terdiam. Melihat Namjoon mulai menyalahkan dirinya kembali, ia hanya mampu menelan ludah sebelum kembali bersuara.
"Jangan...," kata Yoongi, "jangan minta maaf."
Namjoon kembali menatap Yoongi yang kemudian berpaling dari tatapannya. Ia tidak ingin Namjoon melihat sisi rapuhnya. Setelah mengumpulkan cukup keberanian, ia pun berkata lagi, "Kau tidak salah apa-apa. Lebih tepatnya, kau tidak perlu minta maaf..."
"...Apa maksudmu, Hyung?" tanya Namjoon terkejut, "aku melakukan hal itu di luar konsenmu—"
"Aku tidak bilang aku tidak menyukainya."
Namjoon terdiam. Yoongi menganggapnya sebagai tanda bahwa ia dapat meneruskan perkataannya, "Aku telah berpikir panjang sejak itu sampai saat ini, Joon-ah. Seokjin-hyung, Hoseok, dan yang lain... semuanya datang padaku dan semua perkataan mereka..."
"Seokjin-hyung tidak mengomelimu atau apa, kan?" tanya Namjoon sedikit khawatir. "Aku hanya memintanya untuk memeriksa kondisimu saja, dan kalau ia sampai memaksamu—"
"Ia memberiku sebuah dorongan, lebih tepatnya," kata Yoongi, "aku tidak yakin aku akan berani ke sini kalau tidak mendengarkannya. Ngomong-ngomong, bisakah kau..."
"...Ya?"
Yoongi mengangkat tangannya lalu dengan gerakan aneh dan kaku, ia menaruhnya ke ruang di sebelahnya, menepuknya perlahan.
"...Bisakah kau duduk di sampingku?"
Untuk sesaat, Namjoon merasa ragu untuk memenuhi permintaan Yoongi. Namun, melihat wajah Yoongi yang penuh harap, Namjoon pun beranjak dari kursinya, menaruh kacamatanya di meja, dan duduk di sebelah Yoongi, seperti kebiasaan mereka setiap kali mengunjungi kamar satu sama lain saat SMA dulu. Semua ingatan itu kembali terlintas di benak Namjoon, dan ia tak dapat menahan kerinduannya.
Kerinduan untuk merasakan semua itu lagi.
Yoongi yang masih belum dapat menatap Namjoon, menghela napas perlahan.
"...Kau mengatakan bahwa kau masih mencintaiku," gumam Yoongi, "setelah kejadian semalam, apakah kau masih tetap akan mencintaiku?"
Namjoon termenung dan kembali memikirkan keputusannya semalam. Mencintai Yoongi adalah hal yang sangat familiar baginya, dan mencoba untuk menghilangkan semua itu adalah hal yang sangat asing baginya. Ia tak yakin semua akan berjalan secepat itu, tetapi ia tahu bahwa ia tidak dapat memiliki perasaan itu terus apabila ia ingin hubungannya dengan Yoongi tidak retak.
YOU ARE READING
With Golden String
Fanfiction[COMPLETED] "Maaf aku tidak punya apa pun, Hyung. Maksudku... jika aku seorang pelukis, aku akan melukiskan dunia untukmu, dan jika aku seorang penyanyi, aku akan menyanyikan lagu untukmu. Namun, aku hanya... aku. Aku hanya bisa memberikanmu puis...
Chapter 5
Start from the beginning
