"...Kapan?" tanya Yoongi pelan. "Kapan kau akan berangkat?"
"Malam ini," jawab Namjoon, "Mereka memintaku untuk datang dua hari lebih cepat. Setelah acara itu selesai, aku akan segera kembali ke sini dan mungkin... entahlah, mengunjungi adikku dan menyantap masakan ibuku sambil mendengarkan ceramahan random dari ayahku."
"Mengunjungi keluargamu, ya..."
"Ya, ibuku sudah mengomeliku untuk pulang. Kalau saja acara itu tidak mendadak, aku tidak akan pulang-pergi seperti ini."
Yoongi menganggukkan kepalanya. Sebenarnya ia tidak menyangka bahwa Namjoon akan segera pergi lagi. Mereka baru saja bertemu dalam waktu sehari, dan kesibukan Namjoon tak hanya membuatnya jauh darinya, tetapi juga jauh dari hatinya.
Yoongi tidak menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Apabila ia membiarkannya — hubungannya dengan Namjoon — seperti ini, ia tidak tahu akan seperti apa hubungan itu ke depannya.
"Ah, ngomong-ngomong," Namjoon merapikan baju-bajunya yang berantakan dan menaruhnya ke dalam koper seakan-akan ia sangat malas untuk mengemas semua itu ke dalam kotak berwarna hitam tersebut, "apa yang ingin kau bicarakan, Hyung?"
Yoongi yang menatap Namjoon terus mengemas pakaiannya dengan malas hanya mampu mendecakkan lidahnya dan berjalan ke arahnya sambil mengambil kemeja yang tengah digenggam Namjoon.
"Kau ini sudah pernah kukatakan berkali-kali untuk tidak menaruh kemeja seperti itu. Mungkin kaos tidak apa-apa, tetapi kalau kemeja, setidaknya dilipat dulu sehingga tidak menghasilkan lipatan-lipatan yang tidak diinginkan," Yoongi melipat kemeja tersebut sampai rapi, "kalau Hoseok-ah yang melihatmu melakukan hal ini di depan matanya, kau bisa saja diomeli olehnya."
Setelah itu, Yoongi menaruh kemeja putih gading milik Namjoon yang telah dilipatnya ke dalam koper. Ketika ia menatap Namjoon, ia melihat sebuah senyuman terpasang di wajah lelahnya, memperlihatkan kedua lesung pipinya itu.
"...Apa?"
Namjoon hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya..."
Yoongi mengambil langkah mundur karena ia sadar bahwa dirinya sudah dekat dengan Namjoon, dan ia tak ingin pemuda itu menyadari kecanggungan yang dirasakannya.
"Hanya apa?" tanya Yoongi.
"...Hanya teringat akan masa lalu," kata Namjoon kemudian lalu kembali menaruh pakaian-pakaiannya yang tersisa ke dalam koper.
Mendengar hal itu, Yoongi tidak sadar berapa lama ia terdiam, karena setelahnya ia sudah mendapati Namjoon yang tengah membuang cangkir kertas bekas kopinya ke tempat sampah dan merapikan sedikit kasurnya. Kemudian ia menarik satu-satunya kursi di sana sampai dekat dengan kasur tempat tidurnya.
"Ayolah, Hyung, kenapa kau berdiri terus?" tanya Namjoon sambil menahan rasa gelinya, "duduklah. Aku sengaja merapikan kasurku agar kau dapat duduk di sana dengan nyaman."
"...Baiklah," Yoongi pun menuruti Namjoon dan duduk di sana.
Kemudian keduanya hanya diam tak berbicara.
Yoongi terus menundukkan kepalanya yang penuh dengan pikiran mengenai mulai dari mana ia harus berbicara. Keadaan semalam sudah sangat... kacau dan ia tidak yakin semua itu dapat dibicarakan dengan mudah hari ini.
Sedangkan Namjoon, ia hanya terus menatap Yoongi. Ia ingat bagaimana dirinya sudah terus mengingatkan bahwa ia harus menghentikan perasaan itu. Namun, setiap kali ia melihat sehelai rambutnya, batang hidungnya, dan bibirnya yang berwarna merah karena terus digigitnya...
Perasaan itu kembali lagi.
Namjoon hanya mampu memasang senyum.
"Kau menggigit bibirmu, Hyung," kata Namjoon pelan, memperoleh tatapan dari Yoongi sebelum Namjoon menunjuk ke arah bibirnya, "kalau kau tidak menghentikannya, bibirmu itu akan terluka."
YOU ARE READING
With Golden String
Fanfiction[COMPLETED] "Maaf aku tidak punya apa pun, Hyung. Maksudku... jika aku seorang pelukis, aku akan melukiskan dunia untukmu, dan jika aku seorang penyanyi, aku akan menyanyikan lagu untukmu. Namun, aku hanya... aku. Aku hanya bisa memberikanmu puis...
Chapter 5
Start from the beginning
