"...Hai juga," balas Namjoon. "Tunggu sebentar. Darimana kau mengetahui nomor kamarku? Ah, bukan, darimana kau tahu aku di hotel mana... —sebentar, aku bahkan tidak memberi tahu Seokjin-hyung, kau bisa tahu dari—... ah."
Yoongi menggigit bibirnya ketika ia melihat Namjoon memijat keningnya. Namjoon menggelengkan kepalanya sambil bergumam pelan, "Jungkookie..."
"Kumohon, jangan salahkan dia," kata Yoongi pelan, "jangan marah padanya. Akulah yang memintanya."
Namjoon terdiam mendengarnya lalu memasang senyum, "Tidak.. aku tidak marah ataupun menyalahkan apa-apa padanya. Tapi, Hyung, mengapa kau memintanya? Maksudku.. ada apa kau ke sini?"
Ini dia. Yoongi menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan.
"Bolehkah... aku masuk?" tanya Yoongi.
"Ah, tentu, tentu," Namjoon langsung menganggukkan kepalanya cepat-cepat dan membuka pintunya lebar untuk membiarkan Yoongi memasuki kamar hotelnya, sebelum Namjoon menutup pintu kamarnya. Kemudian Yoongi memperhatikan seisi kamar tersebut.
Kasur yang berantakan.
Baju-baju yang bertebaran.
Melihat itu semua, Yoongi merasakan ada sesuatu yang berat di hatinya.
Sepertinya, Namjoon pun mulai melihat ekspresi yang berbeda dari Yoongi semenjak ia menginjakkan kaki ke dalam kamarnya. Menyadari situasi kamarnya, Namjoon membuka mulutnya dan berkata, "Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Hyung."
Yoongi menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, kau tidak perlu menjelaskan apa-apa. Aku tidak berhak mengomentari apa yang kau—"
"Tetapi aku ingin menjelaskan," tegas Namjoon, suaranya terdengar lelah.
Ia mendekati Yoongi lalu menunjuk ke arah laptopnya di meja, charger yang masih tercolokkan, dan beberapa cangkir kertas kopi yang kosong tak jauh dari sana.
"Aku sedang mengerjakan draft dari novelku," kata Namjoon. "Editorku selalu meneleponku untuk segera menyelesaikan chapter yang belum kukirimkan kepadanya, sehingga aku menghabiskan malamku mengejar itu. Percayalah, aku tidak membawa siapapun ke kamar ini sampai pagi ini aku melihatmu di depan kamarku."
"Lalu, baju-baju itu?" Yoongi ingin sekali menampar mulutnya yang tak dapat diajak kompromi untuk tidak terlalu mempertanyakan Namjoon.
Sekarang, ia terkesan seperti seseorang yang cemburu, padahal posisinya saat ini tidak memberinya hak itu. Namun, reaksi Yoongi membuat Namjoon menyeringai. Secara tidak langsung ia telah memancing rasa penasaran Yoongi.
Tak lama, seringai itu kemudian berubah menjadi sebuah senyuman minta maaf. Ia menunjuk kopernya yang terbuka di ujung ruangan sambil berkata, "Aku sedang mengemas pakaianku."
Mendengar itu, Yoongi pun terkejut, "Mengemas? Kau... kau akan pergi lagi?"
Bukankah kau baru saja kembali?
Untuk apa kau pergi lagi?
Yoongi ingin sekali menanyakan hal itu, tetapi sekali lagi, ia mengingatkan dirinya akan posisinya saat ini.
"Aku hanya akan kembali ke Amerika untuk beberapa saat, mungkin sekitar seminggu, dua minggu," kata Namjoon.
Mendengar itu, Yoongi merasa sedikit lebih lega. Namjoon pun melanjutkan.
"Aku baru dapat kabar bahwa aku harus menghadiri acara book signing, mempromosikan novel Real Me sebelum aku fokus mengerjakan novel baruku. Ah, aku lupa mengabarinya pada Seokjin-hyung, dia pasti akan membunuhku."
YOU ARE READING
With Golden String
Fanfiction[COMPLETED] "Maaf aku tidak punya apa pun, Hyung. Maksudku... jika aku seorang pelukis, aku akan melukiskan dunia untukmu, dan jika aku seorang penyanyi, aku akan menyanyikan lagu untukmu. Namun, aku hanya... aku. Aku hanya bisa memberikanmu puis...
Chapter 5
Start from the beginning
