--Juu Nana--

777 117 31
                                    

"Ano, Kunikida-san, boleh aku bertanya?"

Kunikida menoleh, menungguku melanjutkan kalimat. Terpaksa, kutarik pria kacamata itu agar menjauh dari rekannya yang sedang rajin membaca buku 'pedoman hidup' miliknya.

"Yang tadi itu ... apa Kunikida-san sengaja membuatku masuk sendirian dan membiarkan Dazai menyelamatkanku?" tanyaku ragu. Aku tidak yakin, tetapi sepertinya begitu. Mungkin saja ... Dazai ingin terlihat keren? Meski caranya menyebalkan.

"Apa yang kau bicarakan? Bukankah situasinya seperti yang kau lihat sendiri?" Kunikida mengangkat sebelah alisnya.

Apa aku salah? Hanya kebetulan? Apa ada kebetulan seperti itu?

"Begitu, ya ...."

"Kenapa kau bertanya?" Ganti Kunikida yang menginterogasi-ku.

"Yeah, hanya penasaran. Maaf tentang itu." Aku mengangkat bahu, "habis, tiba-tiba makhluk itu datang di saat kritis dan ... perkataanmu padanya tadi ... "

"Ah, soal itu." Kunikida menyodorkan ponselnya, ada sebuah pesan di sana.

[Kunikida-kun, pokoknya nanti jangan dekat-dekat dengan [Name]-chan-ku!

Kalau dia dalam bahaya, aku pasti segera datang!
Oh, ya, hati-hati musuh yang di belakangmu itu, dia membawa granat, loh~!

Sudahlah, percaya saja padaku dan jangan membuat wajah menjengkelkan begitu!

Dadaah~! 🦀]

"Ini ...." Aku kehabisan kata-kata, mencoba mencerna apa maksud dari pesan aneh itu dan tidak berhasil menerka apa pun yang dipikirkan pengirimnya.

Dan lagi ... apa-apaan '[Name]-chan-ku' itu?!

"Aku baru membacanya saat menerima pesan Atsushi. Sepertinya itu dikirim saat kita berangkat tadi." Aku bisa mendengar, umpatan dari orang di sampingku.

"Jadi ... Kunikida-san juga hanya ...."

"Karena situasinya jadi seperti itu, aku tak punya pilihan!"

"Kamu percaya pada Dazai ... begitu saja?" Aku yakin wajahku datar. Semoga saja begitu. Akan aneh jika aku tiba-tiba menunjukkan ekspresi yang ... ergh, well, semoga pipiku tidak merona juga.

"Kita tidak mendapat informasi soal pimpinan musuh yang ternyata seorang pengguna kemampuan khusus. Jadi kupikir, dengan kemampuan itu, kau bisa mengatasinya dengan mudah," jawab Kunikida, wajahnya terlihat enggan, tetapi pria pirang itu melanjutkan, "... dan orang itu, sialnya, memang bisa diandalkan di saat yang genting."

Aku mengangkat pandanganku, Dazai berjalan santai di depan kami sambil terus membaca buku gilanya.

'Memang bisa diandalkan' ... ya? Orang yang sering bolos rapat itu?

❄️

"[Na-me]-chaaaaan~! Aku baru menyelamatkanmu, loh~? Aku sampai harus membatalkan jadwal gantung diriku di hari yang cerah ini, loh~!" Dia merengek dengan nada yang entah kenapa terdengar agak menggemaskan, untuk ukuran lelaki dewasa berusia dua puluh dua tahun.

Kami sudah berada di Kafe Uzumaki, beristirahat setelah tugas yang melelahkan.

Yeah, kupikir itu yang akan kudapat; istirahat yang pantas. Nyatanya, aku malah harus mendengarkan rengekan kekanakan dari pria ini.

"Hooii ... [Name]-chan~? Yaah? Ikut aku yaah? Sebentaaar sajaaa! Ne~ [Name]-chaaan~! [Na-me]-chan~? Kamu dengar aku tidak, sih? Aku tidak akan macam-macam, kok~!

Your Dream [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang