--Juu San--

873 128 60
                                    

Itu adalah hari yang sibuk. Menjelang petang, aku baru selesai mengurusi pekerjaan yang kadang aneh ini. Kali ini berjalan aku sendirian. Yokohama sudah mulai kukenal dan tempat tadi tidak terlalu jauh dari Agensi.

Tak terasa, matahari mulai tenggelam ke ufuk barat. Aku melewati tepi sungai, bukan untuk kembali ke Agensi, tetapi jalan-jalan sebentar setelah tugas hari ini selesai dan akan langsung pulang ke rumah.

Ugh, firasatku mendadak buruk ....

Aliran sungai yang tenang memantulkan cahaya kemerahan dari sang surya. Itu seperti ada kumpulan permata tenggelam di air yang jernih.

Aku sangat menikmati pemandangan itu. Beberapa ide sekilas pun menghanpiri, membuatku ingin cepat-cepat pulang dan menulisnya. Namun, langkahku terhenti. Ada sesuatu yang mengambang di sana. Merusak pemandangan indah dari aliran sungai itu.

Naluri, refleks, apa pun terserah, yang jelas, saat ini kakiku dengan cepat pergi ke tepi sungai. Otak---atau lebih mungkin hati?---ku memerintahkan begitu.

Apa pun yang kau bayangkan, itu bukanlah sepasang kaki yang mengambang di sungai dengan beberapa gagak bertengger di atasnya. Apa yang aku lihat mungkin lebih mengkhawatirkan.

Itu memang mengambang, tetapi dengan posisi terlentang. Kepalanya menyembul dari batas air, sesekali juga tenggelam. Dia terbawa arus. Tangan dan kakinya hanya terkuai, ada beberapa lilitan perban yang agak terlepas dari lengannya.

Kurasa siapa pun yang mengenal dia sudah punya tebakan yang bagus.

🦀

"Dazai!" Aku memanggilnya sekuat tenaga. Tentu saja dia! Memangnya siapa lagi?

Mantel cokelat pasir dan tubuh berlilit perban itu ... kurasa hanya ada satu orang yang seperti itu di Yokohama ini ....

--tidak! Memang hanya ada satu orang di Yokohama yang akan pergi menenggelamkan diri ke sungai dan tidak juga mati.

Aku mendekat, berpikir untuk berenang dan menyeretnya dari sana secepat mungkin.

Yeah, mungkin itu menyebalkan karena setelahnya, pakaianku akan basah, tapi ....

Sebenarnya, aku punya pilihan lain. Maksudku, bisa saja aku membekukan sedikit permukaan sungai ini untuk membuat jalan dan menyeretnya---menyeret mantelnya---ke darat.

Masalahnya jika tangannya tak sengaja menyentuh es atau kami yang tak sengaja bersentuhan ....

Atau ....

... haruskah aku membiarkannya saja?

Dia lebih senang kalau aksi bunuh dirinya tidak diganggu ..., kan?

🦀

"Dazaaii!" panggilku lagi, hanya untuk memastikan.

Bagaimanapun ... kalau dia pingsan, aku akan menolongnya. Terserah dia mau protes seperti apa setelahnya.

Tidak ada jawaban. Dia benar-benar hanya mengambang mengikuti arus sungai.

"Ya ampun! Apa yang sedang kamu lakukan di sana, sih?! Dasar sialan!"

Masih tak ada balasan, padahal posisinya lumayan dekat ....

Aaahh, terserah!

Tanpa ada pilihan lain, aku melompat ke dalam sungai, berusaha menggapai pria yang badannya ternyata sangat kurus.

Your Dream [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang