--Ichi--

1.6K 204 40
                                    

Kantor Agensi terisi hening, hanya detak jam yang sesekali mengisinya. Semua orang ada di kafe di lantai bawah, makan siang. Sedang aku memilih memakan sandwich dan onigiri dari di supermarket, bersama sebotol jus buah.

Di tangan kiri ada sebuah novel bersampul biru yang tengah kubaca serius, sebenarnya ceritanya cukup menyentuh, hingga beberapa kali aku tertawa dan menjerit kecil. Tanpa sadar, potongan roti isi itu tandas, menyisakan satu onigiri.

Mungkin itu untuk nanti.

Kubalikkan halaman novel--tunggu! Ada orang lain di sini?

Aku cepat-cepat melongok ke ruang tamu Agensi hanya untuk mendapati pria hazel itu, Dazai Osamu.

"Yo, [Name]-chan~!" Dia melambai santai.

"Sejak kapan kau masuk, Dazai-san?!" kagetku. Kukira sejak tadi, tidak ada orang di sini ....

"A ... beberapa menit yang lalu," jawab Dazai, lalu menyeringai nakal ke arahku. "Saat kau membuat wajah lucu itu!"

"Kau?!" Pipiku pasti memerah karena menahan malu.

"Kau sangat manis saat bertingkah seperti itu, [Name]-chan~! Aku mau melihatnya lagi!" Entah kapan, ia sudah berjalan mendekat, dengan senyum menawan di wajahnya.

Pria sialan ini ....

"J-jangan beritahu siapa pun!" Aku sudah menutup novel tanpa menandai halamannya, menatap serius pria berlensa cokelat kemerahan itu.

Aku terkekeh sendiri di sini? Mereka bisa menganggapku gila!

Itu salah adegan bagus di novel itu yang membuatku ingin tertawa!

"Hm? Memberitahu tentang apa?"

Yah, walau yang harus lebih dikhawatirkan adalah pria aneh di depanku ini ....

"Apa tentang ... hal ini?" Dia berlutut dan mengecup punggung tanganku, lalu mendongakkan kepala dengan dengan senyum tipis di bibirnya.

"Sudah kukatakan padamu, kau harus menyerah, Dazai-san." Kembali kutarik paksa tangan kananku.

Tentu aku tidak ingin menjadi wanita yang akan memenuhi impiannya--bunuh diri ganda.

Impian yang aneh.

Aku yakin semua orang punya impian indah yang berusaha keras mereka wujudkan. Namun, impian orang ini, haruskah kubilang terlalu gila?

Mengharapkan kematian ... berusaha mendapatkannya dengan berbagai cara ... dan selalu gagal. Apa dia termasuk pria menyedihkan yang selalu gagal mewujudkan impiannya?

Namun, kurasa kata 'iba' pun tidak cocok untuknya. Dia bukan orang yang pantas dikasihani.

❄️

"Ne, Dazai-san," panggilku, ah, ternyata dia masih menatapku.

"Ada apa, [Name]-chan?"

"Pernahkah kau ... sekali saja, merasa ...." Aku ragu dengan pertanyaan ini, tetapi pria itu dengan setia menunggu dengan tatapannya agak menyebalkan.

Your Dream [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang