--Juu Yon--

828 128 55
                                    


"Setidaknya pakai kausmu, Kuso Dazai!" Kulempar handuk di tangan ke mukanya. Dia tampak pasrah saat membiarkan handuk itu mengenai wajah sebelum akhirnya jatuh ke lantai.

"Kan, aku masih pakai perban, [Name]-chan!" protesnya, setengah merengek. Membuat wajah cemberut yang harus kuakui memang cukup menggemaskan.

Ah, mungkin dia benar. Tubuh kurusnya berbalut lembaran putih yang ... kenapa dia harus memakainya?!

"Terserah! Aku tunggu di depan saja!"

🦀

Matahari sudah terbenam. Aku menidurkan kepala di meja, mendengarkan deru hujan yang sesekali bercampur dengan suara Tanizaki. Hujan masih deras, tak mengizinkanku untuk pulang.

Aku lelah ....

Tak ada yang bisa dilakukan selain mengutak-atik ponsel. Ide yang tadi sore berterbangan di kepalaku lenyap seketika karena penampakan di sungai.  Dan ... sinyal di sini cukup lemah, mungkin karena hujan.

Kuraih tas yang tergeletak di samping, mengeluarkan isinya yang untungnya tidak ikut basah. Hanya ada beberapa perlengkapan kerja dan sebuah novel yang hampir selesai kubaca.

Waktu seolah berjalan begitu lambat. Baru saja kubalikkan halaman dari novel berjudul Kokoro* itu saat mataku mulai terasa berat. Menunggu memang hal yang membosankan ....

Bahkan, hujan seakan mengatakan, bahwa ia hanya akan berhenti turun esok hari.

Aku mengantuk ....

Kutidurkan kepala di meja, setelah sekali lagi membalik halaman baru dan memaksa mata untuk tetap membaca---ah, itu halaman terakhir.

Aku menguap lagi, kali ini benar-benar tak bisa ditahan. Tanpa sadar ... mataku sudah menutup, membawaku ke alam bawah sadar.

🦀

"Ah, kamu bangun juga, [Name]-chan!" Aku mengerjap, kaget setelah mendengar sapaan itu.

Lantas kuedarkan pandangan ke sekeliling dengan bingung ... benar juga, ini rumahnya. Sedetik yang lalu kukira dia yang menyusup ke rumahku.

Konyolnya ....

Dazai duduk di sisi lain meja, mengamatiku yang merenggangkan tubuh karena pegal. Untungnya leherku tak sakit karena tidur dalam posisi ini.

"Ah, aku masih di rumahmu, ya?" tanyaku asal.

Dazai mengangguk, memasang wajah heran. "Tentu saja, mana mungkin aku menggotongmu pulang di tengah hujan seperti ini," sahutnya.

"Iya." Aku menoleh, baru menyadari ada selimut yang tadinya menutupiku---benda itu sekarang tergeletak di lantai.

"[Name]-chan tidur pulas tadi, aku takut kamu kedinginan, makanya kuselimuti. Tapi kamu menjatuhkannya," ujarnya seakan mengerti pikiranku.

"Oh, terima kasih." Kuambil selimut itu dan kembali memakainya. Memang agak dingin.

"Apa [Name]-chan mau sesuatu?" tanyanya.

"Apa kamu punya kopi?" tanyaku ragu, Dazai mengangguk. Mendapat jawabannya, aku pun berdiri, hendak pergi ke dapurnya. "Kalau begitu, biar kubuat sendiri saja."

"Tidak apa-apa?" tanyanya, aku mengangguk. Akan jauh lebih aman untuk membuatnya sendiri, meski itu agak kurang sopan. "Kalau begitu, kopinya ada di lemari, tidak perlu pakai gula, ya."

Your Dream [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang