--Yon--

1.1K 183 54
                                    

Aku berjalan di bawah langit malam Yokohama, mengabaikan sang mumi tampan yang terus mengikuti bak penampakan.

Diri ini sempat berharap penampakan indah itu lenyap begitu keluar dari supermarket. Namun, nyatanya dia masih setia menunggu meski berteman dingin.

"Sampai kapan kau mau mengikutiku, Dazai-san?!"

"Sampai aku memastikanmu masuk rumah dengan aman." Dia tersenyum.

Oh, shit ... senyum itu!

Aku menghela napas berat dan mengangguk pasrah. "Baiklah, terserah."

Dazai terlihat girang.

Ada apa dengan otak si mummy sialan ini?!

"[Name]-chan!"

Aku menoleh. Dazai berjalan di sampingku, tetapi bahkan tak berniat membawakan belanjaan berat ini.

"Di depan itu gang sepi, loh?" Dia memperingatkan.

"Eh?!" Aku melihat sekeliling. Kenapa? Ah benar juga. Entah bagaimana rasa jengkel membuatku berjalan tanpa arah.

"Naruhodo ne." Lelaki itu terkekeh, melirik ke arahku yang sebenarnya bingung sendiri.

"[Name]-chan sengaja memilih tempat sepi agar bisa berduaan denganku," ujarnya nakal, "padahal kalau kau mau, kita bisa ke tempatmu saja!"

"Apa--"

"Ooh~ [Name]-chan, kau ternyata nakal juga, ya~?" Dazai menyeringai.

"Apa maksudmu, Dazai-san?" tanyaku dengan ekspresi se-datar mungkin. Kesal sebenarnya.

"Apa yaa~?"

Teme!

Akhirnya aku berhenti sebentar, sekalian mengecek ponsel yang tadi sempat bergetar. Ah, beberapa pesan dari sahabatku di Tokyo.

"[Name]-chan, masih lama, kah?" tanya Dazai yang sekarang bersandar santai di sisi gedung tua. Meski disebut 'gang', nyatanya tak terlalu sempit juga. Mungkin cukup dilewati sebuah mobil.

"Tunggulah sebentar! Ada apa, sih?" Aku melirik sekilas, masih sibuk membalas pesan-pesan itu.

"Tidak ada, sih ...." Dia mengendik, "tapi sepertinya, kita akan bertemu seseorang sebentar lagi."

"Oh." Lagi, aku mengabaikannya.

Entah kenapa, membalas pesan dari sahabatku ini terasa lebih penting sekarang. Ah, mungkin karena aku merindukan suasana Tokyo. Merindukan mereka yang biasanya selalu ada.

Kurasa, sepuluh menit berlalu. Aku---akhirnya---memasukkan ponsel hitam ke dalam tas, lalu melirik Dazai yang tampak khusyuk membaca di tempat remang ini.

"Dazai-san," panggilku. Dazai langsung menoleh dengan senyum lega, mungkin dia bosan menunggu.

"Kita pulang, [Name]-chan?" tanyanya, disertai suara buku ditutup dengan kasar.

"A-ah." Juga, tolong hilangkan kalimat 'kita pulang' itu!

Kami berbalik arah, sementara otakku sibuk melupakan kejadian tadi.

Your Dream [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang