--Juu Roku--

733 108 15
                                    

BRAAK!

"Are~? Kukira tidak ada orang di sini?!" keluh suara sok polos yang barusan mendobrak pintu.

Suara yang biasanya menyebalkan itu, kini membuatku lega bisa mendengarnya. Itu artinya, harapan untuk keluar hidup-hidup jadi terkabul, kan?

"Dazai!" panggilku. Ah, suaraku tak bisa sekeras yang diharapkan. Sayangnya ....

"Siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!" Seperti adegan klise, lelaki yang menahanku berteriak pada Dazai---yang masih saja santai seperti biasa.

Kuakui agak aneh kenapa lelaki berambut cokelat itu bisa sampai ke mari, saat di luar sana, penjagaan ketat sepertinya berlaku dan baku tembak masih terdengar dengan jelas.

"Eh? Aku? Maa, maa~ itu tidak penting, Ojii-san." Dia sepertinya tersenyum ramah, itu yang kutebak dari nada suara lelaki menyebalkan itu. Lantas, terdengarlah kekehannya yang amat merdu.

Kulihat ekspresi lelaki bertudung putih ini menegang. Oh, bahkan Dazai belum mengancamnya sama sekali, kan? Ada apa dengan keberaniannya yang tadi?

"Oh ya, ojii-san! Apa kamu tahu tempat gantung diri yang bagus? Aku sedang jalan-jalan di hutan dan menemukan bangunan ini. Sepertinya di sini tidak ada yang akan menggangguku, jadi ... kupikir aku bisa menggantung leherku di suatu tempat!"

Uugh ... apa dia tidak mendengarku?! Aku menggigil. Ini dingin, sial!

"Apa? Hanya orang bodoh yang bosan hidup, rupanya!" Lelaki di depanku ini tersenyum mengejek. Entah ekspresi apa yang dibuat Dazai, tetapi ...

... aku ingin melihatnya.

"Kuso Dazai, aku kedinginan, oi!" Aku ingin menjerit, tetapi suaraku seolah tertahan.

"Eh? Apa aku mengenalmu, Nona?"

Dan aku yakin dia sedang memiringkan kepala dengan tampang polos itu. Sial, kenapa aku bisa membayangkan wajahnya dengan jelas saat bahkan tidak bisa menoleh ke belakang untuk menatapnya?!

"A-- jangan-jangan dirimu mau bunuh diri ganda bersamaku?!" katanya riang. "Hora~ aku sudah bawa tambang lebih, loh~ kita akan bersama ... ah, ini memang takdir yang sangat indah~! Syukurlah aku datang ke tempat ini~!"

"Omong kosong! Pergi saja ke lantai dua jika memang mau bunuh diri! Jangan mengganggu urusanku!" bentak lelaki itu.

Sepertinya Dazai mengabaikannya. Langkah lelaki jangkung kembali terdengar mendekat.

Andai aku bisa menoleh dan memelototinya ....

"Jadi, lantai dua, ya ...." Dia sedikit bergumam, dan bisa kubayangkan wajahnya lewat nada bicara tadi. Dingin. Suram dan ... yah, bagaimanapun dia adalah Dazai.

"Dazai bodoh! Mau sampai kapan pura-pura tidak mengenalku!? Uuuh ...."

... sudah, aku tak kuat lagi. Sedikit lagi es ini membekukan dadaku. Hah, apa aku salah berharap? Sial ....

Aku tersenyum masam, melihat hal menyedihkan ini. Biasanya, aku bergantung pada es untuk mempertahankan diri, lalu mulai menganggap 'dingin' sebagai kata keberuntungan. Yah, saat diculik waktu kecil, es inilah yang menyelamatkanku. Namun, sekarang aku justru mati membeku ...?

Lucu.

"Aku sempat berpikir kalian saling kenal. Tapi tampaknya kau hanya berhalusinasi sebelum mati. Sekarang keberuntunganmu habis, Nona Kecil!" Lelaki itu menyeringai.

Your Dream [Re-publish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang