• 18 • Choose to begin °

38 6 0
                                    

Hai! Hai!
Long time no see yaw~

Hhe iya maap,  biasa~ sibok tugas sekul yang bejibun. Halah alasan klasik, tapi emang bener huee hiks ...

Semoga kalian sehat-sehat, dimana pun kalian berada 😘😘

Cus baca ceritanya, klo kalian agak lupa. Silahkah baca bab sebelumnya dulu ya dear ...

Selamat membaca !
I hope you enjoy it
🌱🌱

———————————————————

Kilas balik  :

"Gelio dengar ...," Niva mulai serius. "Kamu mau bantu Bunda, kan?"

"Apa?"

"Kamu harus deketin dia, dan setelah itu suruh dia menandatangi surat ini."

Wanita itu menarik sebuah map dari dalam tasnya.

Awalnya  Lio tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh ibunya.
Tapi setelah dia melihat map itu terbuka, menampilkan surat-surat yang terlihat asing baginya.

Lio menggeleng setelah itu, dia tidak bodoh. Meskipun asing dengan surat itu, tapi dia paham betul surat apa itu setelah membaca bagian kop surat.
Itu surat pemindahan kekuasaan.

"Maksud Bunda apa?" Lio bertanya mengabaikan semua dugaan kotor tentang ibunya.

"Ini surat pemindahan kekuasaan, dan kamu harus bisa membuat Zea menandatangani surat ini," jelas Niva, tidak memperdulikan
ekspresi Lio yang kini sedang menganga.

"Sebenarnya, apa hubungan Bunda dengan Zea?"

"Itu ... biar Bunda jawab nanti.
Jadi, bagaimana Gelio? Kamu mau bantu Bunda, kan?" tanyanya penuh harap.

Lio memejamkan matanya seraya menggeleng, "Tidak."

"Kenapa Gelio?!" Ibunya memekik tidak terima.

"Itu jahat Bun, tidak bisa."

Ibunya tertawa hambar.
"Ayolah Ge, bantu Bunda sekali saja."

"Kenapa Bunda ingin mengambil kekayaan keluarganya Zea?"

"Itu bukan urusanmu!"
-
-
-

"Ini minumannya Bu, saya permisi," pamit seorang OB setelah mengantar minuman ke ruangan dimana ada Lio dan Niva di dalamnya.

Lio tersentak lalu menggeleng-gelengkan kepala. Dia kembali ke dunia nyata dari kilasan peristiwa beberapa waktu silam yang tiba-tiba saja terputar otomatis.

"Bisa kita mulai? Bunda tau kamu tidak suka basa-basi," tanya Niva.

Melihat Lio hanya diam saja, Niva kembali melanjutkan. "Jadi, kamu kesini untuk menyetujui permintaan Bunda waktu itu?"

"Bahkan Bunda tidak memberiku waktu untuk minum," ucap Lio datar.

Niva tertawa pelan namun terdengar menyebalkan bagi Lio. "Oh maaf, Bunda hanya tidak mau membuang waktumu terlalu lama."

Sebenarnya apa yang dikatakan Lio itu dilontarkan asal olehnya dan tidak ada makna, karena sampai sekarang Lio tidak meminum teh nya. Dia hanya terkejut dengan tingkat kepercayaan diri ibunya. "Aku tidak akan membahas itu."

"Oh ya? Lalu apa?"

"Ini tentang Yael. Dia sakit dan ingin bertemu dengan Bunda."

Terjadi keheningan cukup lama, Lio berharap Niva tidak mengatakan apa yang sedang dirinya pikirkan. Lio berharap ibunya mau mengerti dan tidak egois.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 EFTYCHÍATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang