• 7 • Coffee candy

110 16 9
                                    

Jangan lupa voment yaw!

Selamat membaca!
:*

🌱🌱
————————————

"Buat apa makan itu?"

Meskipun kedua telinganya disumpal earphone, Lio masih bisa mendengar pertanyaan yang dilontarkan Zea. Mata cewek itu tidak lepas dari Nara yang sedang makan permen kopi.

"Hari ini pelajaran Bu Rima, wali kelas kita. Gue nggak mungkin bisa tidur, nanti disembur."

Lio yang mendengarnya, mengangguk setuju. Hampir separuh dari seluruh mata pelajaran di sekolah ini, Nara mengisinya dengan tidur di kelas—termasuk pelajaran Fisika dan bahasa Inggris kemarin.

Kalau soal nilai pelajaran, jangan ditanya. Nara selalu menjadi sumber kunci jawaban saat ulangan Fisika.

Tapi untuk pelajaran Prakarya, itu pengecualian. Nara harus menahan hasratnya untuk berpetualang di alam mimpi.

"Emangnya ngaruh ya?" Zea tidak berhenti bertanya. Walaupun terlihat malas, Nara selalu menjawab setiap pertanyaannya.

"Ngaruh dong. Gue jadi nggak ngantuk."

"Oh ya?"

Nara mengangguk sebagai jawaban.

"Wah."

"Bohong." Tiba-tiba Lio menyanggah.

Kedua cewek itu langsung menatap dirinya. Lio mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Maksudnya apa ngomong gitu?"
Nara bertanya.

"Lah, emang bener kan? Zea, Lo jangan percaya sama dia." Lio berusaha memprovokasi Zea.

"Buktinya apa?"

"Lo pernah ke kecyduk Bu Rima gara-gara ketiduran, terus dikeluarin dari kelas."

Nara mendengus, "Denger ya Lio, waktu itu gue kurang banyak makan permennya."

Gadis itu memberi jeda, "Permen kopi ini berkhasiat karna mengandung kopi instan sebanyak 1,7% eh bukan, dua koma ... eum berapa persen sih. Duh lupa! Padahal gue inget tadi sebelum ngomong."

"2,31%." Melvin akhirnya bersuara setelah sekian lama menyimak, membantu Nara mengingat persentase bahan yang salah.

"Nah itu."

Oh satu lagi, Nara itu pelupa. Gadis itu selalu mengulang jawaban yang sama setiap Lio membahas tentang permen kopi.

Tapi dia sering lupa dengan persentase bahannya, dan Melvin selalu membantunya. Jika dipikir lagi, untuk apa juga Nara menjawab pertanyaannya dengan menyebutkan bahan permen. Aneh. Haha.

"Kandungan kafein segitu gak akan bikin lo terjaga dan gak ngantuk Nar." Lio kembali melakukan perlawanan.

"Hari ini gue makannya dua biji."

"Just the same."

"Ditambah niat. Gue yakin gak bakal ngantuk pagi ini, beneran deh."

"Kamu itu hampir setiap pagi gini terus Nar. Jangan kebanyakan gadang makanya." Zea ikut memberi pepatah.

"Iya, jangan begadang kalau tiada artinya," Melvin tertawa.
"Kantung matanya keliatan banget, item lagi. Hahaha."

"Awas lo!"

"Selamat pagi anak-anak!"

Mereka terlonjat kaget, Nara yang semula akan melakukan baku hantam dengan Melvin, harus urung saat mendengar sapaan dari Bu Rima.

 EFTYCHÍAWhere stories live. Discover now