• 10 • Pemakaman

106 16 24
                                    


Hai! Makasih, karna masih stay terus sama Eftychìa.

Mau pembaca aktif atau pembaca ghaib, aku tetep sayang kalian. Mwah! <3

Selamat membaca!
:*

🌱🌱

———————————————


Cairan berwarna merah pekat itu membuat genanang disekitar motor Nara. Dengan satu korban tergeletak tak bernyawa.

Lio terus memandangi genangan darah itu, lalu melirik Nara yang sedang menahan tangis. Sementara wajah Lio tidak membuat banyak ekspresi. 

"Lo apain dia?" tanya Lio dingin.

"G-gue gak sengaja nabrak Yo," balasnya dengan suara yang tercekat.

"Dasar ceroboh."

Lio memberikan cangkul yang sejak tadi dipegangnya pada Nara. "Lo urus sendiri pemakamannya. Gue gak mau ikut campur."

Nara melotot tidak percaya, dia menahan tangan Lio yang hendak pergi. "Lio pliss!  Gue gak bisa. Help me!"

"Gak."

"Bantuin gue ya?"

"Ogah."

"Lo gak kasian sama gue?"

"Iya."

"Gue gak tau caranya kubur mengubur."

"Belajar agama kan? Gitu aja gak tau. Cepet! Sebelum warga dateng."

"Lo yakin gamau bantuin gue?"

"Sendiri aja. Lagian salah lo juga ceroboh, jadi nabrak kan."

"Terus gunanya gue manggil lo kesini apa? Gak guna lo!" kesal Nara.

"Gue gak bawa sarung tangan."

Nara sudah mendungganya, Lio enggan membantunya mengubur mayat itu karena kotor. "Nanti gue cariin."

Hening beberapa saat, kemudian Nara kembali bersuara. "Lo taukan, kalo gue itu takut kucing?"

"Tau."

"Nah itu, jadi lo harus bantu gue. Lo kan suka ngurus kucing."

Iya, yang Nara tabrak itu kucing.
Lio harus mengubur mayat kucing. Bikin repot aja.

"Bawel lo! Cepet cariin sarung tangan plastik ke warung. Kalo gak ada kantong kresek aja, terus cari daun yang lebar terserah mau apa atau beli kardus kecil bekas sepatu, kalo daun susah dicari."

"Banyak mau nya lo!" Nara protes.

"Heh, tau diri dong."

"Iyeiye."

••• ∆ •••

Sudah tiga kali, Lio gagal menguburkan kucing itu. Tempatnya tidak ada yang pas.

Tempat yang pertama itu dekat dengan sumber mata air, seperti sumur. Tempat kedua, didalamnya terlalu banyak kabel  dan pipa air.

Dan yang ketiga, baru menggali beberapa belas senti mereka langsung diamuk pemilik lahan karena lupa tidak izin.

Aish, ingin rasanya Lio membiarkan kucing itu saja. Tapi kucing juga berhak dikubur dengan layak.

Mereka terus berjalan mencari tempat yang cocok. Kendaraan mereka ditinggal ditempat awal.

Lio menolak saat Nara mengusulkan untuk mencari tempat dengan mengendarai mobilnya. Tentu saja, dia tidak mau mobilnya kotor karena darah dan bau amis. Jangan tanyakan motor Nara, keadaan parah.

 EFTYCHÍAWhere stories live. Discover now