ROH => MARAH

88 12 4
                                    

Namun tiba-tiba saja aku teringat sesuatu hal saat aku melilitkan handuk ke tubuhku. Dengan cepat aku membuka pintu kamar mandi dengan suara keras.

Cklek

‘Astaga! Benar dugaanku' batinku dengan mata membola.

“Bang Sat! Naufal! Apa yang kalian lakukan pada---“

-----------------------------------------------------------

“Bang Sat! Naufal! Apa yang kalian lakukan pada hp gue ha?!” teriakku karena melihat mereka bermain dengan hpku.

Srakk

Aku merebut hpku secara paksa. Dengan cepat aku membuka dan ternyata mereka berdua melenyapkan aplikasi yang sering aku gunakan. Termasuk aplikasi Wattpadku.

Tentu saja hal itu membuatku sangat marah dan naik pitam. Aku memandang mereka dengan sinis namun mereka seolah tidak memiliki salah.

“SIAPA YANG LAKUIN INI HA?!” tanyaku dengan suara keras.

“Dia,” ucap Satria dan Naufal bersamaan dengan saling menunjuk satu sama lain.

“Bukan gue Dek suer, yang apus Naufal,” jelas Satria.

“Bukan kak. Ngapain juga gue lakuin kek gitu kurang kerjaan,” jawab Naufal.

“KELUAR!!” perintahku.

“Ta—“

“KELUAR SEKARANG JUGA!!” teriakku memotong ucapan Satria.

Dengan cepat mereka berdua keluar dari kamarku. Setelah mereka keluar aku mengunci pintu kamar dan menghela nafas dengan berat.

“Hhhh niatnya hari ini happy justru sad.” Lirihku berjalan menuju almari.

Setelah selesai mandi dan sudah berdandan dengan rapi. Aku keluar dari kamar memakai piyama dengan motif sofia the first berwarna unggu.

“Mau makan apa sayang?” tanya Mama.

Glek glek glek

“Ngga Ma. Ana cuma mau minum susu aja. Ana tidur dulu Ma udah ngantuk,” jawabku setelah selesai meminum susu dan mengelap bibirku.

“Tumben lo ngantuk jam segini. Ada apa?” tanya Satria dengan tetap memakan nasi gorengnya.

“Ngga papa,” jawabku cuek.

Mama dan Papa yabg mendengar mengernyit bingung. Aku dapat melihatnya dari ekor mataku. Sebelum aku mengamuk. Aku memutuskan untuk segera kembali ke kamar.

“Kalau gitu Ana pamit mau ke kamar tidur. Selamat malam semua. Permisi,” pamitku segera beranjak dari sana dan memasuki kamar.

Namun saat akan membuka pintu tiba-tiba tanganku di tarik. Membuatku mau tidak mau melihat siapa pelakunya.

“Lo kenapa?” tanya Naufal.

“Bukan urusan lo!” sentakku dengan menghempaskan tangannya yang mencekalku.

“Jawab dulu,” ucap Naufal mencengkram tanganku lebih erat hingga membuatku kesakitan.

“AKRG!! SAKIT NAUFAL!!” teriakku di depan wajahnya.

“M-maaf,” ucapnya melepaskan cekalannya.

Dan terlihat lah pergelangan tanganku yang memerah karna di cengkram adikku.

“Kal—“

Cklek

Brakk

Aku segera membuka dan menutup pintu kamar bertepatan saat dia sedang berbicara. Aku bodo jika besuk pagi dia marah atau bagaimana.

“Huaaa!! Mamaa!! Ana lapar,” teriakku.

“Dari pada memikirkan makanan lebih baik aku bersiap-siap dan segera tidur,” gumamku.

Segera saja aku bersiap-siap untuk tidur. Membersihkan wajahku. Memberinya cream. Membuka selimut dan naik kedalam tempat tidur.

Sedetik kemudian Aku memejamkan mataku. Belum ada lima menit mataku terbuka dan aku menghela nafas dengan kasar.

Yap! Aku tidak bisa tidur. Karna bingung aku akhirnya menyalakan hpku dan melihat chat masuk.

Salah satu dari beberapa orang gang chat aku. Satu nama yang menarik perhatianku untuk membukanya.

‘Kenzo tengil' nama itu yang membuatku penasaran. Karna tadi aku sudah memblokirnya. Isi chat tersebut membuatku marah, malu, kesal, kecewa, semuanya menjadi satu.

Hingga membuatku menangis karna bingung. Namun saat aku menangis tiba-tiba pintu kamar di ketuk dan disusul suara yang membuatku semakin menangis kencang.

Tok tok tok

“Dek! Gue bawain makanan buat lo. Buka pintunya!!” perintahnya.

“HIKSH!! GUE BENCI LO BANG!! HIKSH.” Teriakku.

“Heh lo kenapa?” kalut Satria sambil mengetuk pintu lebih keras karena mendengar suaraku menangis.

“PERGI LO!!” teriakku.

“Keluar atau gue dobrak pintu kamar lo?!” ucap Naufal membuatku semakin menangis.

“KALAU LO DOBRAK GUE BAKAL BENCI LO BERDUA SELAMANYA!!” ucapku.

“O-oke dek. Kalau lapar turun ya. Gue sama Naufal pergi dulu,” balas Satria.

Setelah mendengar langkah mereka menjauh. Aku semakin menangis dan berjalan menuju jendela kamar dan membukanya.

“Dingin hiksh,” lirihku sambil duduk di kursi yang berada si depan jendela.

Tak sadar bahwa aku tertidur karena terlalu lama menangis. Namun samar-samar aku mendengar knop pintuku dibuka. Karna terlalu lelah dan pusing aku membiarkannya.

“Astaga kebiasaan,” ucapnya yang masih aku dengar.

“Biar gue gendong,” ucap seseorang lainnya yang kemudian membopongku ke tempat tidur.







TBC

Jan lupa vot and comment yakk

Typo bertebaran dimana-mana

Jangan lupa follow author yaa

Salam manis princess melia

14 – 06 – 2020

REST OF HEART [END] ✔Where stories live. Discover now