9. Menjadi Teman Lagi

1.7K 221 87
                                    

Kejadian kemarin membuat Lola malas berbicara dengan siapa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejadian kemarin membuat Lola malas berbicara dengan siapa pun. Bahkan Karina dan Mika pun tampak enggan untuk menyapa Lola karena ekspresi muramnya. Ia dan Arsen kembali ke kelas berbarengan. Namun, muka Lola yang terlihat paling terluka. Bahkan Loka sampai mengabaikan Abil saat ditawari pulang bersama. Syukurlah, Tirta sepakat untuk menjemputnya. Jadi, Lola punya alasan untuk menolak cowok itu

"Bil, maaf karena kemarin gue nyuekin lo," tukas Lola pagi itu

"Santai aja. Lo pasti kepikiran sama kejadian kemarin."

Lola sangat ingin mengiakan, menceritakan semua yang menumpuk dalam pikiran. Termasuk Arsen yang gamblang membuat hatinya perih tak berkesudahan. Ia tahu alasan pertikaian antara Arsen dan Chiko. Mengingat penolakan terhadap pernyataan cinta sungguh tidak diterima dengan baik, Chiko menyangkut pautkan Arsen dalam penolakan Lola.

Ia sudah menduga jika Chiko yang memulai lebih dahulu, bahkan sampai tidak segan membuat kericuhan di tengah lapangan. Mengundang reaksi para siswa-siswi sampai menjadi bahan gosip di SMA Bakti Nusa. Setidaknya, itulah yang terjadi sejak pertikaian itu selesai.

"Dia mau ngapain lagi, sih?" Lola mengeluh, geram sekaligus gerah dengan tingkah Chiko yang tak mau menyerah.

Abil ikut memandangi sosok yang sedang berdiri di depan pintu kelas X IPA 2. Masih terlalu pagi untuk meladeni Chiko. Tingginya sepantaran dengan Abil, hanya saja tubuh tinggi Chiko lebih atletis dan kekar. Bahkan kemarin Abil meringis saat tinju dan tendangan Chiko selalu melesat tepat pada sasaran, membuat tubuh Arsen sesekali terpental di tengah lapangan.

"Nggak apa-apa, biar gue yang ngomong ke dia," ucap Abil.

Lumrah saja, siapa yang tidak gerah dengan tingkah Chiko? Bersikap kasar dan selalu muncul lagi dengan kata maaf berulang-ulang. Dia begitu ringan melisankan intonasi tinggi, mengumpat dengan enteng, mencengkeram lengan dengan kasar, lalu kurang dari lima detik dia sudah mengemis kata maaf.

Lola mendekat diikuti Abil. Jika dijauhi Chiko makin menjadi-jadi. Namun, jika Lola meladeni, Chiko kembali bersikap kasar seenaknya. Sudah jelas-jelas ditolak, cowok itu tak kenal kata gentar. Mungkin dalam kamus hidupnya hanya ada kata maju terus pantang mundur.

"Lo berangkat bareng dia lagi?" Begitu mendekat, serangan pertanyaan bernada penuh sangsi terdengar dari bibir Chiko.

"Ko, lo nggak punya hak ngatur apa pun yang gue lakuin. Gue mau berangkat bareng Abil atau siapa pun, itu bukan urusan lo," Lola menegaskan.

Dia tidak ma terliha lemah di depan cowok yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Jelas tak ada ikatan, Chiko selalu bersikap bak pacar posesif terhadap pasangan.

"Lola benar, harusnya lo paham situasi, Ko." Abil ikut menambahkan.

Kedua sudut bibir Chiko justru terangkat sempurna, membentuk senyum tipis yang sarat makna. Kalimat semacam itu tak akan pernah bisa membuatnya berhenti.

 Putar Balik [Segera Terbit] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang