Bab 10 : Juna Gila, Juna Mesum!

26.5K 2.4K 66
                                    

Aku pulang setelah berada sekitaran satu jam disana. Mereka keluarga yang sangat welcome.

Juna bertanya apa aku nyaman berkumpul dengan keluarga besarnya? Dan aku mengangguk dengan tersenyum.

Sampai tiba di depan pintu apartemenku aku mengucapkan kata terima kasih pada Juna. Juna memegang tanganku. Seketika aku menoleh padanya.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Juna yang terlihat khawatir padaku. Aku kembali mengangguk dan tersenyum. Tapi Juna sepertinya tidak percaya dia terus menatapku.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Aku takut." Kataku Jujur.

"Katakan saja." Ucap Juna.

"Katakan apa?" Tanyaku tidak mengerti.

"Katakan apa yang ingin kamu katakan Lana."

"Tidak ada Juna." Kataku yang mulai sedikit kesal. Aku harus cepat masuk ke dalam dan segera tidur. Agar aku bisa bangun dengan segar dan besok aku sudah masuk kantor melakukan siaran langsung.

"Tidak ada Juna." Kataku berbohong. Padahal aku ingin sekali ingin mengatakan padanya bahwa kita berbeda, kita beda kasta. Memangnya kenapa juga aku harus mengatakannya? aku dan Juna memang belum ada hubungan apa-apa. Kita hanya tetangga.

"Kita akan seperti ini sampai kamu mengatakannya." Ucap Juna dingin. Selain tukang perintah dia juga merangkap sebagai tukang paksa.

Aku semakin kesal dibuatnya. "Kamu itu jutek, nyeremin juga tapi ganteng sih. Dan yang paling menyebalkan aku menyukaimu." Ucapku berterus terang.

Oh Tuhan apa barusan aku mengatakan aku menyukai Juna?
Aaaa bagaimana ini? Aku menutup mulutku yang tidak bisa direm ini. Aku malu.

Juna hanya menarik sudut bibirnya ketika mendengar ucapanku. Dia berjalan mendekatiku dan aku mundur satu langkah. Tapi aku hanya bisa mundur satu langkah karena punggungku sudah terbentur dengan pintu apartemenku.

"Apa lagi?" Tanyanya tersenyum sambil terus menatapku.

"Tidak ada." Kataku menggeleng. Aku menyentuh dadanya untuk membuatnya mundur tapi Juna malah memegang tanganku.

"Katakan Lana." Ucap Juna yang semakin mendekat padaku. Aku semakin sesak saja di buatnya. Kenapa jantungku tiba-tiba berdetak seperti ini? Apa disini tidak ada oksigen kenapa aku jadi sesak napas seperti ini?

"Memangnya apa yang ingin aku katakan Juna?" Kataku yang gugup sekali. Ini kenapa sih jantung kok jadi berdetak begitu cepat.

"Semuanya yang ada di hatimu dan di pikiranmu." Ucap Juna menatapku lekat. Aku menatap mata Juna. Juna menggemgam tanganku. Aku menggigit bibirku dan menunduk. Yasudahlah, katakan saja.

"Kita berbeda." Lirihku. Aku mendongak kembali menatap Juna. "Juna, aku memang menyukaimu tapi aku merasa aku tidak pantas untukmu. Aku hanya gadis biasa dan dari keluarga biasa. Jadi kita tidak bisa...."

Aku membulatkan kedua mataku lebar-lebar. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena perlakuan Juna padaku. Dia mengecup bibirku. Yang benar saja!

Aku meremas tanganku sendiri. Ah, kenapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku.

Juna membuka kedua matanya setelah lima detik dia menempelkan bibirnya pada bibirku. Dia tersenyum dan menyentuh bibirku. "Aku menyukaimu dan kamu menyukaiku. Itu sudah lebih dari cukup." Ucap Juna yang kini menyentuh pipiku.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku teramat syok dengan perbuatan Juna padaku barusan.
Juna tersenyum melihatku. Mungkin eskpresiku sekarang seperti orang linglung saja. Ah, jantungku. Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan? Ku mohon berdetaklah seperti biasanya.

Hello, Mr. Jutek Where stories live. Discover now