XXIV : Funny Moment

183 29 2
                                    

Guys, aku berubah pikiran. Cerita ini bakal tamat di chapter selanjutnya, bukan di chapter ini eheh 😂

Enjoy yaa~

Dan jangan lupa juga untuk tap bintang nya :^












.


Indonesia

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan yang aku lalui beberapa jam lalu. Aku sekarang sudah mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Indonesia. Aku tengah membeli kopi setelah tadi selesai mengambil koper dan barang-barang.

Menenangkan pikiran sejenak dan menyegarkan tubuh karena tadi sempat jet lag lagi seperti penerbangan yang lalu. Pusing sekali.

Ibu menelepon lima belas menit yang lalu, ia bilang ia dan ayah sedang dalam perjalanan menuju kesini. Aku bilang padanya untuk menemuiku disebuah kedai kopi yang sedang aku kunjungi sekarang.

Derap langkah terdengar. Ternyata itu Ibu dan ayah yang sedang berjalan menujuku. Huft, aku tidak sabar untuk segera pulang ke rumah, lalu merebahkan diri dikasur kesayanganku. Rindu juga.

"Nadifa, masih pusing kepalanya?" ibu dengan segera menghampiri diriku lalu memegang dahiku khawatir.

Aku tersenyum tipis. "Gak Bu, udah mendingan"

Ayah yang tengah duduk didepanku lalu disusul Ibu untuk duduk disamping nya. Ia mengambil alih koperku untuk dibawa olehnya.

"Ayo pulang" ajak ayah yang kemudian berdiri dan diikuti ibu yang juga berdiri.

"Lah? Mau langsung pulang? Ayah gak mau ngopi dulu?"

"Gak, ayah udah ngopi tadi sebelum kesini"

Aku hanya bisa ber-oh ria sambil berdiri dan merangkul tas milikku. Ayah dan ibu sudah berjalan duluan, lalu disusul olehku dibelakangnya.

🔸🔸🔸

"Nadifa, sudah sampai rumah?"

Suara cempreng Daejung terdengar ditelingaku. Wajah jelek nya terpampang nyata di layar ponselku.

Anak itu langsung melakukan video call saat aku mengabari tante Nita bahwa aku sudah sampai di Indonesia.

"Liat dong, gue udah sampe rumah apa belom?"

Dahi Daejung terlihat berkerut. Wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang bertanya-tanya.

"Kau bicara apa. Aku tidak ngerti" Daejung mendengus malas.

Aku menepuk jidat spontan. Ah iya, Daejung kan tidak bisa berbahasa Indonesia. Pantas ia terlihat bingung tadi.

"Mian." tukasku cepat.

"Aku tadi bertanya. Kau sudah sampai rumah apa belum?"

"Sudah Daejung-ah"

"Syukurlah, tidak terjadi apa-apa kan?"

"Cih, emangnya kau pikir bakal terjadi apa-apa gitu sama aku?!" ketusku keras.

"Tidak. Bukan begitu, aku hanya khawatir"

For 14 Days | Na JaeminWo Geschichten leben. Entdecke jetzt