Buku diary biru tersebut terbuka menunjukkan tiap tulisan indah dari jari tangannya yang lentik.
Raisya tersenyum, di bawah cahaya bulan purnama penuh ia tetap menulis setiap kegiatan yang ia lakukan hari ini sambil sesekali menatap bulan diatasnya yang terlihat begitu berarti baginya dengan novel inpiratif yang ada di pangkuannya.
Jendela yang terbuka mempersilahkan angin untuk masuk, mengibaskan rambutnya yang lurus dengan indah.
Raisya menghirup dalam-dalam aroma malam, yang terasa begitu sejuk di nafasnya.
Tok...tok...tok...
Terdengar seseorang mengetuk pintu, raisya yakin itu adalah ibunya.
"Masuk, Ma."
Pintu terbuka sepeti biasa, Dahlia membawakan anak kesayangannya itu segelas susu cokelat sebelum tidur.
Ia tersenyum kecil melihat pemandangan yang tidak pernah berubah. Ya, melihat anaknya, raisya dinaya menulis catatan hariannya di buku kesayangannya itu.
"Minum susunya, ya. jangan tidur terlalu malem juga, nanti di sekolah ngantuk loh. besok juga kan hari pertama kamu di sekolah baru nak," ucap Dahlia seraya menaruh susu tersebut.
"Iya, Ma. makasih ya."
Raisya berhenti melakukan aktivitasnya, lalu mencium pipi Dahlia.
"I love you, Ma."
"Love you too, tidur nyenyak ya."
Raisya mengangguk, tak lama Dahlia pergi meninggalkan kamar Raisya.
Dengan cepat ia segera menghabiskan segelas susu yang dibawakan oleh ibunya.
Perlahan matanya menatap jam yang ada di dinding. ternyata sudah menunjukkan jam 9 malam. ya menguap lalu menutup bibirnya dengan tangan kanannya. ia memang sudah mengantuk sejak jam 8 tadi.
Satu hal yang ia tunggu, yaitu menuliskan rasa kerinduannya terhadap orang yang paling ia sayangi di dunia ini, sambil menatap sesekali indahnya langit di atas sana.
Raisya mengambil pulpen biru pastel-nya. ia lalu menyelesaikan kalimat terakhir untuk malam ini yang akan ia tulis di buku diary tersebut.
Raisya begitu menghayati ketika menulis diary nya seakan-akan untuk orang yang paling ia sayangi. Sampai-sampai air matanya perlahan menetes dan mengenai kertas bukunya itu.
Selamat malam ayah. hari-hari ku terasa begitu tidak berarti tanpa mu. aku rindu saat kita selalu melihat bulan di atas sana bersama-sama. aku rindu ketika ayah berbagi cerita dan canda tawa bersama ku. aku rindu dipeluk ayah. tapi, aku bahagia karena ayah sudah di surga. selesai. - Raisya dinaya
Raisya menutup bukunya, lalu menyimpannya di laci lemarinya. ia mengunci rapat-rapat lemari tersebut, raisya tidak mau ada seorangpun yang melihat catatannya. walau ibunya sekalipun.
Sehabis itu, ia tak lupa untuk membaca novel cerita inspirasi kesayangannya itu yang berjudul "9 summer 10 autumn".
Sembari membaca, Raisya merasa matanya terasa berat yang artinya ia sudah mengantuk, sehingga ia menutup novel tersebut serta menaruh di atas meja belajarnya dan beranjak ke tempat tidurnya.
Ia berjalan ke tempat tidurnya, tak lama ia lupa satu hal. Ya, ia lupa menutup jendelanya.
Sesaat sebelum menutup jendela rumahnya, ia menatap bulan & bintang sambil tersenyum.
Terimakasih sudah menjadi temanku Bulan & Bintang. Ucap Raisya dalam hati.
Semuanya sudah selesai, ia kembali ke tempat tidurnya, lalu manarik selimut nya yang hangat.
Bulu matanya yang lentik kini tertutup, dengan dinginnya malam, ia tertidur pulas dan siap menyambut kicaun burung dan hari yang cerah esok.
Love you readers...
YOU ARE READING
why am i sick?
Teen FictionDipertemukan di satu sekolah, Raisya si murid baru yang tiap hari menderita di koridor sekolah. Sisa hidup nya bukan dijalani dengan keceriaan namun dengan malapetaka dari si cowok berandalan, Reygan Ravanies. "eh cupu, cepet lo berlutut di kaki gw...