Chapter 4.5

Mulai dari awal
                                        

"Tunggu, kalau begitu apakah hanya aku yang tahu?"

Semua mata memandang ke arah sumber suara itu. Siapa sangka pemilik suara itu adalah maknae dari keenam orang yang tengah berkumpul di ruang tamu Yoongi, dengan pakaian khas hitam dan topi bucket kesukaannya. Matanya melebar seperti seekor kelinci yang melihat wortel sebagai santapannya.

"Kau tahu?" tanya Seokjin dengan nada tidak percaya.

Jungkook menganggukan kepalanya, "Ya, sebelum ia pergi bersama Yoongi-hyung, aku berkata ingin mengunjunginya dan ia langsung memberitahuku hotelnya—"

"Maksudmu dia memberitahumu dibanding aku?"

Hoseok memukul ringan lutut Seokjin, "Pasrahkan saja, Hyung. Kau tidak akan jadi merpatinya Namjoon selama-lamanya kan?"

"Hei, apa maksudmu?"

Tanpa memedulikan Seokjin, Yoongi bertanya pada Jungkook, "Dimana, Kook-ah?"

Jungkook menatap Yoongi cukup lama, tidak menjawab. Kemudian, bukannya menjawab, ia berkata, "Yoongi-hyung, aku harus memastikan bahwa kau datang ke tempatnya dengan tujuan baik. Aku tahu Seokjin-hyung mengatakan bahwa kau sudah mengerti tetapi..."

Yoongi menganggukkan kepalanya, "Lanjutkan saja, Kook-ah. Tidak apa-apa."

Jungkook menghela napas panjang lalu melanjutkan, "Kau tahu bagaimana aku sangat suka tulisan Namjoonie-hyung. Membaca novel Mono berkali-kali, aku tidak ingin ja mengalaminya lagi. Aku dapat merasakan perasaannya yang kesepian tanpamu, Hyung. Ia membutuhkanmu."

Mendengar itu langsung dari pembaca setia Namjoon, Yoongi hanya menundukkan kepalanya. Ia dapat merasakan wajahnya yang perlahan-lahan memanas, dan ia tambah malu ketika sadar bahwa teman-temannya hanya menatap tingkahnya.

"Kukira tadi itu sebuah peringatan," kata Taehyung, "di saat yang sama juga pujian, ya?"

Jimin langsung memukul ringan lengan Jungkook, "Kau jangan bicara yang aneh-aneh."

Jungkook pun kebingungan, "Tapi itu kebenarannya!"

"...Baiklah," kata Yoongi pada akhirnya, "kau dapat memegang kata-kataku. Sebenarnya aku sudah tahu mengenai hal ini... tetapi aku lebih memilih diam dan melemparnya jauh-jauh."

"...Lalu, sekarang?" tanya Jungkook penuh harap. Melihat itu, Yoongi memberi senyum padanya.

"Aku tidak akan lari lagi," jawab Yoongi, "aku akan... mencoba untuk memperbaiki ini."

Jungkook tersenyum lega. Dari raut wajahnya, Yoongi dapat merasakan segala kekhawatiran yang dimilikinya sebelumnya telah hilang.

"Baiklah, Hyung. Kuharap kau benar-benar memegang kata-katamu," kata Jungkook. "Ia menginap di hotel bernama ..."

———

"...Kalian tidak akan ikut bersamaku?" tanya Yoongi dengan gugup.

"Untuk apa? Ini kan masalah kalian berdua," jawab Seokjin dengan enteng.

"Kalau kau mau sih aku bisa menemanimu?" tawar Jimin dengan nada menantang. "Mungkin saja ia akan mempertimbangkan siapa yang dapat memberikan apa yang diinginkannya."

Mendengar itu, Yoongi merasa ada sedikit rasa cemburu di hatinya. Pada akhirnya ia hanya menjawab, "Baiklah aku saja."

Jimin tersenyum, "Oh? Hyung, aku bersikeras—"

"Tidak, aku saja," kata Yoongi dengan tegas sebelum melangkahkan kakinya menuju keluar apartemennya, tanpa memedulikan seringai Jimin yang ditujukannya pada Seokjin. Seokjin memutar bola matanya karena tingkahnya, lalu ia teringat sesuatu.

"Ah, tunggu, Yoongi-yah!" Seokjin mengambil jaket Yoongi yang tergantung dan memberikannya, "kau lupa pakai jaketmu. Hari ini cukup dingin, tidak ingin kau kedinginan, kan."

Yoongi memasang tampang kebingungan, "Hah? Bukankah di luar panas, Hyung?"

"Sudahlah pakai saja."

Tanpa berpikir panjang, Yoongi pun menuruti Seokjin, dan ia bersama yang lainnya keluar dari apartemennya.

"Terima kasih semuanya," gumam Yoongi sambil menundukkan kepalanya. "Aku tidak yakin apa yang akan terjadi kalau kalian tidak—"

"Kenapa kau tidak menggunakan waktu basa-basimu untuk ke hotelnya?" tanya Jimin.

"Dari sini ke sana tidak dekat, lho," kata Hoseok.

"Sudah sana kejar dia!" seru Seokjin.

"Iya, iya, aku berangkat. Kenapa kalian jadi begini...," gumam Yoongi lalu berjalan pergi. "Sampai nanti, semuanya."

"Sampai jumpa!" kata Taehyung.

"Titipkan salamku ya, Hyung!" seru Jungkook.

Yoongi pun, dengan tampang kebingungan, akhirnya melangkahkan kakinya pergi sampai cukup jauh dan tidak lagi terlihat dari ekor mata teman-temannya.

"Kalian lihat kan?" tanya Seokjin.

"Lihat," jawab Hoseok, Jimin, Taehyung dan Jungkook berbarengan.

"Dasar Namjoon. Sebenarnya apa yang mereka lakukan semalam."

"Aku yakin mereka tidak hanya bertengkar," gumam Jimin.

"Benar-benar.. pulang dari Amerika membuatnya bertindak lebih berani dari yang kukira," kata Seokjin.

"Apakah Yoongi-hyung pulang dengan keadaan seperti itu semalam?" tanya Jungkook. "Kulitnya kan cukup pucat, bekas tadi terlihat jadi mencolok dari yang seharusnya..."

"Maksudmu, orang-orang bisa saja melihatnya?" tanya Taehyung tidak percaya.

"Kau tahu, Taehyung-ah?" kata Seokjin. "Sejujurnya aku tidak ingin membayangkannya."

====

A/N: chapter ini karena singkat jadi benar-benar kubuat sesingkat-singkatnya.

Setelah ini chapter 5. Nggak tahu publish kapan... diharapkan sih ya secepatnya.

Ngomong-ngomong bekas apa itu yang dimaksud?

... ya pokoknya gitu, ada di chapter sebelumnya ehe ehe

Sampai ketemu di chapter 5

With Golden StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang