32. - Menghilangnya Maura

Start from the beginning
                                    

Malvin pun mendelik. "Gak!"

Adrian tertawa renyah. "Lembek lo, baru digituin udah baper. Gimana kalo gue usir lo beneran?"

Mendengar itu Malvin terdiam seribu bahasa. Cowok itu lalu menoleh menatap Adrian.

"Tata beneran adek lo?" Adrian mengangguk.

"Gue udah jelasin sebelumnya ke elo, kan?" tanyanya Adrian balik. Karena pada saat ia memberitahu Malvin jika adiknya itu sedang dalam perjalanan menuju kemari, ia sempat menjelaskan alasan kenapa ia merahasiakan adiknya dari orang-orang.

Malvin mengangguk, cowok itu lagi-lagi terdiam sejenak sebelum kembali membuka suaranya.

"Jadi ... gue gak bisa tinggal disini lagi?"

"Lo mau pergi?"

Malvin menggeleng pelan. "Gue gak tau harus kemana"

"Kalo gitu jangan pergi" balas Adrian santai. Pria itu lalu bangkit dari duduknya dan berjalan memungut ponselnya yang terlempar tadi lalu menoleh ke arah Malvin.

"Ini rumah gue, cuma gue yang berhak nentuin kapan lo boleh tinggal dan kapan lo harus pergi. Gak perlu mikirin Tata, dia kalo lagi marah emang gitu, nanti juga baik sendiri"

Adrian pun kemudian berlalu dari sana meninggalkan Malvin yang terdiam di tempatnya. Kedua sudut bibirnya perlahan terangkat membentuk sebuah senyuman tipis.

"Thank's, Bang" ujar Malvin pelan.

Di balik tembok, Adrian tersenyum mendengarnya.

Jika untuk mengusir cowok itu dari rumahnya Adrian sangat tak tega melakukannya. Karena bagaimanapun juga ia tahu kisah hidup memilukkan seorang Malvin.

Hanya sifat dan sikap buruknya saja yang dia tunjukkan pada orang-orang. Tapi Adrian tahu, cowok itu memiliki sesuatu yang sengaja dia sembunyikan dari orang-orang.

Kesedihannya.

☃☃☃

Semenjak pulang dari London kemarin, Bayu merasa Fiona kurang sehat. Terlihat dari wajah dan bibirnya yang terlihat pucat. Bayu sempat bertanya sebelumnya pada Fiona namun dia menampiknya.

Bayu terus mengekor di belakang Fiona, menemani sekaligus memantau istrinya yang tengah melakukan pekerjaan rumah. Seperti sekarang ini, setelah mencuci piring Fiona bergegas menuju kamar untuk merapihkan kamar dan mengganti sprei kasur mereka.

Dan saat melihat Fiona menyeka keringatnya, Bayu pun menghampirinya.

"Are you okay?" tanya Bayu khawatir, Fiona mengangguk.

"Jangan capek-capek, Sayang. Kamu keliatan sakit" ujar Bayu seraya mengelap keringat istrinya itu dengan tangannya sendiri.

"Aku kan udah bilang, Bee. Aku gapapa" balas Fiona.

"Muka kamu mengatakan hal yang sebaliknya, Sayang"

"Aku gapapa kok"

"Gimana kalo kita ke dokter?" saran Bayu. Fiona menggeleng.

"Aku gapapa. Mending kamu bawa Mama aja ke dokter"

"Sama kamu juga, okay?" Fiona menggeleng menolaknya.

Bayu menghela napas. Fiona terlalu keras kepala perihal sakitnya dan itu membuatnya bingung, bagaimana lagi harus membujuk istirnya itu agar mau ke dokter.

"Kalo gitu aku telfon dokter ke sini buat periksa kamu"

"Bee ..." tegur Fiona yang menandakan jika gadis itu tak menyukainya.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now