part 6

256 23 5
                                    

Bagaimana keadaan anak ku?"
Tanya ibu Taufik kepada temannya itu

"Kita bicara di luar saja!" Kata dokter itu.

Mereka keluar di ruang tamu dan aku ke dapur mengambil segelas air lagi untuk Taufik, tapi aku tak bisa mendengar obrolan mereka.

Dikamar Taufik sudah berbaring dengan handphone di tangannya. Aku langsung menegurnya.

" Istirahat Fik, nggak usah main handphone, ehh maksud aku kalo udah nggak ada yang penting, HP-nya di simpan aja." Kataku takut kalau Taufik berfikir aku melarangnya bermain handphone.

Taufik yang mendengarku langsung meletakkan handphonenya dan segera duduk

"Nih airnya!" Kataku memberinya air

"Terimakasih adek Rara."

"Adek, adek! nggak ada adek-adek, dimana-mana kakak itu menjaga adiknya bukan adik yang jaga kakaknya" gerutuku

"Dih, nggak ikhlas banget sih."

"Biarin, pokoknya ini ada bayarannya, kalo kamu sembuh aku mau di traktir" kataku menginginkan imbalan hahaa

"Siap tuan putri, eh pulang sana udah malam!" Serunya

"Aku tahu ini malam, tapi hp ku low"

"Kan kalo mau pulang nggak harus punya cas hp Ra!"

"Aku tahu Muh. Taufik, tapi nggak bisa pesan Ojek online, sini pinjam handphone mu dong!"

Taufik meletakkan HP-nya ke tangan ku, yang memang sedang meminta.

" Eh buset, notif Angel banyak banget" kataku spontan

"Kayaknya dia ada hati deh Fik, sama kamu, hahaha." Kataku yang di sambut ekspresi tak enak dari Taufik

Hp Taufik berdering lagi, ku kira notif dari Angel, ternyata ojek online yang sudah siap memboncengku pulang.

"Aku pulang da!"

"Jangan lupa tumis kangkung Ra!" Katanya sedikit berteriak

Aku melewati ruang tamu, tempat dimana aku si sambut tadi, dan akan menjadi tempat aku berpamitan pula. Disana sudah tidak ada dokter itu.

"Tante, Rara pulang yah! Ojek onlinenya udah di depan." Kataku berpamitan

"Ohiya, hati-hati nak Rara!"

"Iya tante."

Sesampainya dirumah, aku hanya berbincang sedikit dengan mama, juga memberitahu mama kalau Taufik sedang sakit.

Aku segera mandi kemudian merebahkan tulang belakangku di kasur empuk milikku.

Tiba-tiba aku kefikiran Angel, Angel yang berani memulai obrolan dengan laki-laki yang dia taksir.

Aku mengambil handphone ku dan segera mencari kontak "my president Bem"

Aku seperti orang yang sedang bersiap untuk publik speaking, rasanya panas dingin, karena bingung harus bilang apa, masa iya aku bilang

"Hai kak, apa kabar? Aku Rara, aku fans kakak." Mana mungkin aku bilang seperti itu, aku tidak hanya ingin menjadi salah satu dari daftar fansnya. Aku ingin menjadi kekasihnya, khayalku sambil memandang kosong pada kolom chat yang memang sedang kosong.

Seketika bayangan kak Risal kembali muncul saat dia menemui ku di kelas, aku teringat sesuatu.

Perlahan aku mulai mengetik pesan
" Hai kak, aku Rara, ingat nggak kak? Aku mau kasi kakak buku yang kemarin."

Ceklis dua, tapi tak kunjung dibaca.
kak Risal memicu keberaniaan ku sekaligus memacu semangatku.
Aku akan menunggu, mungkin 5 menit kedepan, 10 menit, 1 jam bahkan 24jam kedepan.

Selain menunggu chat kak Risal, aku chattingan dengan Angel yang terus-terusan membahas Taufik, juga Taufik yang merengek minta tumis kangkung, aku bingung, dia lagi sakit atau lagi ngidam sih

Notif masuk, membuat jantungku berdetak tak karuan padahal belum ku baca, dan ternyata

"Iya." Tiga huruf balasan dari my presiden

Yang benar saja, aku menunggu tiga jam. Dan dia hanya balas tiga huruf.
Karena kesal, aku tidak membalas hanya Read dan menyimpan handphone ku di meja.

Sekitar pukul 22.15
Aku memutup mataku, mencoba untuk tidur, tapi berbagai macam hal terbayang-bayang di atas kepalaku.

Hpku berbunyi, voice call dari My presiden Bem

Lama ku tatap layar handphone ku, apa aku sedang bermimpi?

....
Next nggak nih?

Jangan lupa komen

Lopyu:*

Presiden BEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang