part 4

377 40 28
                                    

"Jadi gimana? Setuju nggak aku daftar jadi anggota BEM?" Tanya Taufik

"Mana baiknya di kamu aja Fik, kan kamu yang bakal ngejalanin."

"Kan aku belum tahu gimana kalo jagi anggota BEM Ra, jadi nggak tahu baiknya yang mana."

"Yaudah, jadi anggota aja dulu baru tahu baik apa nggak." Kataku santai

"Jadi aku daftar aja ?" Tanyanya memastikan

"Jangan dulu!" Kataku menahan

"Kenapa Ra?"

"Bantuin Rara kerja tugas grammar dulu dong, udah telat nih ngumpulnya." Kataku dengan memasang ekspresi meminta belas kasihan

" Tugas aja masih minta bantuan, gimana kak Risal mau suka tuh sama kamu?" Kata Taufik tiba-tiba

"Kok kamu ngomongnya gitu sih Fik? Emang kak Listy bisa kerja tugas grammar? Emang dia nggak pernah nyontek? Kak Risal juga mana tahu Rara nyontek atau nggak, kalo kamu nggak mau bantuin juga nggak papa Fik, aku bisa sendiri kok." Kataku sok kuat

"Buset, pertanyaannya banyak banget, pake bawa-bawa nama kak Listy lagi, hahaha lucu banget sih." Kata Taufik sambil mencubit pipiku

"Nggak usah cubit-cubit ih,kerjain nih tugas Rara," kataku sambil menyodorkan bukuku

"Yakin nih ? Ntar kamu kalah loh sama kak Listy." Tanyanya memancing

"Ah bodoh amat lah Fik, kalau nilai rendah kan kak Risal juga mana mau." Kataku tak mau kalah

Lagian Kak Risal nggak harus peduli, bukannya cinta itu  harusnya mampu menerima kekurangan pasangannya? Termasuk suka menyontek, tapi apa itu termasuk kekurangan yang  harus di terima? Tanyaku membatin pada diriku sendiri.
Lagian kalo udah nikah juga, aku nggak bakal nyontek kan udah tamat kuliah, kataku membatin sambil senyum-senyum tanpa memperhatikan Taufik yang tengah sibuk mengerjakan tugasku.

"Dih, kamu kenapa Ra? Senyum-senyum gitu? Pasti kamu merasa beruntung ada aku disini yang bantuin kamu." Katanya kepedean

" Iya sih, aku beruntung kamu ada di sini, tapi aku lagi nggak mikirin itu" jawabku dengan tatapan lurus

"He, Rara! Jangan suka menghayal, apalagi menghayal setinggi gunung, nggak boleh."

"Setinggi langit kali ah!"

"Iya itu maksudnya."

"Lagian nggak papa juga, ini itu bukan khayalan biasa, ini itu khayalan fifty-fifty, karena ini akan jadi kenyataan." Kataku tersenyum puas

"Ingat loh Ra, manusia hanya bisa memilih, Allah yang menentukan, lagian kak Risal juga kan nggak kenal kamu." Kata Taufik sambil tetap menulis

"Enak aja, kak Risal pasti mikirin Rara  setiap kali lihat buku yang dia pinjam dari Rara, aaah sosweet." Kataku memukul kecil bahu Taufik

"Jangan di pukul dong Ra, tulisannya ntar jelek!"

"Aduh, maaf yah, aku nggak sengaja."

Aku segera menetralkan fikiranku dan membantu Taufik mengerjakan tugasku, padahal sebenarnya aku  yang di bantu sama Taufik.

And finished...

"Uhhh, loff deh, thanks yah Fik, I am the best, you are the best, you and me are the best ahaa." Kataku sambil bernyanyi.

"Hahaha sans aja kali."

"Yaudah, besok-besok lagi yah." Kataku

" Itu mah namanya, terimakasih nambah lagi, hahaah"

Presiden BEMWhere stories live. Discover now