part 3_ ketemu presiden BEM

470 44 57
                                    

Bosan di kelas, aku memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan, di depan kelas aku berpapasan dengan Taufik.

"Ra! Mau kemana?" Tanyanya

"KEPO!" Jawabku ketus.

Aku berlalu meninggalkan Taufik, siapa yang peduli dengannya, dia saja tidak peduli denganku. Aku jalan sedikit berlari agar cepat mendaratkan badanku di kursi perpustakaan yang nyaman.

Sampai di perpustakaan, terlihat banyak mahasiswa yang sedang membaca buku, ada yang masih sibuk mencari buku, ada yang berbicara setengah berbisik agar tidak menganggu pengunjung yang lain.

Aku melangkahkan kakiku mencari buku, tapi aku masih bingung mau baca buku apa. Baca buku sejarah aja deh, pikirku bukannya sejarah itu mengajarkan kita tentang masa lalu, pahitnya masa lalu yang harus diperbaiki di masa depan, mengajarkan kita agar tidak terus-menerus mengulang masa lalu yang kelam.

Mataku tertuju pada buku bersampul hitam bertuliskan "Perang Dunia 1" sepertinya itu bagus, ku ambil buku itu dan bergegas mencari tempat duduk.

Saat aku sedang menikmati bacaan ku, tiba-tiba ada orang yang menyapaku dengan suara pelan.

"Hai dek, boleh pinjam buku yang kamu baca sebentar nggak?"katanya sopan sambil tersenyum yang memperlihatkan lesung pipinya.

Ya ampun itu kan kak Risal, oh tidak pasti aku sedang bermimpi. Aku tidak menjawab sama sekali, hanya diam menatap kak Risal untuk memastikan aku sedang tidak bermimpi.

"Dek, boleh nggak nih? Kakak ada tugas soalnya, dan kebetulan buku yang persis dengan itu udah nggak ada di rak buku." Katanya lagi

"E..bo..boleh kak." Kataku terbatah sambil menyodorkan buku sejarah itu.

"Sekalian duduk disini yah," katanya menepuk kursi disampingku.

Ya ampun, ya ampun . Makan apa aku hari ini sepertinya ini hari keberuntungan ku,batinku. Tapi saat aku sedang mencuri pandang ke kak Risal, ada sosok perempuan perusak suasana menghampiri kak Risal.

"Hai Sal, udah dapat bukunya?" Tanyanya
Aku menoleh, astaga itu kan kak Listy, dia siapanya kak Risal sih.

"Eh Rara, kamu disini, baca buku apa Ra?" Tanyanya ramah

"Mmm nggak baca buku apa-apa kok kak" kataku dengan senyuman tipis

"Oh jadi kamu kenal dia? Aku pinjam buku ini dari dia, soalnya di rak buku udah nggak ada." Kata kak Risal

" Iya aku kenal, dia calon anggota UKK  menari di kampus." Katanya tersenyum

Kak Risal tersenyum dan mengangguk, kemudian mereka berdiskusi tentang isi buku itu, layaknya sepasang kekasih yang sedang menikmati setiap detik untuk berbicara dan membuatku seperti obat nyamuk saja.
Aku bahkan tidak sadar ternyata aku sedang memasang wajah yang sangat malas sekarang, sampai akhirnya ada tangan yang menarik ku untuk pindah dari tempat dudukku membuatku spontan ingin teriak.

"Usssttt... Jangan teriak, sini dulu Ra." Katanya

" Apa lagi sih Fik? Ganggu aja." Kataku kesal

" Ngapain juga sih kamu nonton orang pacaran?" Katanya lagi

Ah perkataan Taufik membuat hatiku tidak utuh lagi, apa maksudnya aku nonton orang pacaran.

"Oh jadi mereka pacaran? Kamu kok nggak bilang sebelumnya ke aku kalo kak Listy itu pacaran sama kak Risal, kamu kan kenal kak Listy Fik."

"Kan aku jaga hati kamu."

"Jaga gimana maksud  kamu? Yaudalah Bodoh amat, aku mau pulang aja".

Taufik berlari menyusul ku, dan berhasil merangkul ku dengan mudah karena tinggiku yang memang bisa di bilang di bawah normal di banding tingginya yang lumayan lah untuk cowok-cowok idaman cewek-cewek.

"Ngambek mulu sih Ra, ingat kamu belum kasi aku saran kemarin." Katanya sok sedih

Bodoh amatlah pikirku, dia juga udah punya teman baru, udah rahasia-rahasian segala sama Angel.
"Aku mau ngasih tahu kamu rahasia ku sama Angel, kamu mau denger nggak?"

" Taufik, rahasia yah rahasia, nggak usah di umbar-umbar, udahlah aku mau pulang, mau anterin aku nggak?" Kataku menawarkan

Aku emang lagi butuh tumpangan pulang dan sedikit bersalah juga sih karena kemarin nggak bisa kasi saran ke dia.
" Nggak mau ih." Katanya sok ngambek

"Yaudah kalo nggak mau."

"Becanda kali Ra, Sensian amat, kek cewek lagi PMS aja."

Aku memilih diam daripada harus melebarkan perdebatan.
Di tengah perjalanan, aku nggak sengaja mendengar bunyi yang agak familiar di telinga.

"Fik, kamu lapar yah?"

"Eh iya aku belum makan Ra, kok kamu tahu? Kita sehati banget sih."

"Hahaha pede banget, orang aku dengar suara perut keroncongan, jelas banget malah padahal lagi di motor, yaudah kita cari makan yuk! Ketoprak aja."

Taufik mengangguk, aku memang terlalu sering bertengkar dengan bocah satu itu, tapi tidak pernah berlangsung lama, selalu ada cara untuk melunakkan suasana kembali.

Kami memesan dua ketoprak dan duduk di kursi dong tentunya:v
"Permisi mbak, mas, ini pesanannya" kata tukang ketoprak itu.

"Terimakasih pak," kata kami bersamaan

"Ah kalian in kompak sekali, saudara yah?" Tanya bapak itu.

Yang benar saja, dia lihat kami seperti sepasang kakak dan adik. Terdengar lucu, tapi kami hanya saling menatap dan tersenyum ke bapak tadi.

"Adekku sayang, makan yang banyak yah" kata taufik menahan tawanya.

" Iya kakak, kakak juga dan maaf kemarin adek belum kasi saran ke kakak" kataku dengan pipi menggembung di penuhi ketoprak

"Yaudah, kasi saran sekarang dong Ra"

"Ntar dulu kenapa, orang lagi makan juga." Jiwa-jiwa ketus ku kembali lagi.

Taufik diam lagi dan menghabiskan makanannya, begitu juga aku, masa makanan gratis di sia-siakan, karena setiap kali singgah makan, Taufik selalu melarang aku bayar makananku. Katanya aku saja, aku kan cowok. Yaudah sih, bukannya itu justru enak buat aku.

Selesai makan, aku mengajak Taufik langsung pulang saja.

"Fik, pulang aja yuk, gerah nih, nanti kita ngobrol dirumah.
Lagi-lagi dia hanya mengangguk.

Sampai dirumah..
"Duduk dulu Fik, aku buatin minum dulu."

"Dih udah baik lagi yah?"

"Anggap aja ucapan terimakasih aku, karen udah di traktir." Kataku sambil menuju dapur, aku hanya mengambil air putih, dan kembali ke ruang tamu.

"Minum dulu Fik!"

"Yaelah Ra, kirain mau bikin minuman berwarna, ini kok bening sih." Katanya protes

" Dengerin yah Muh. Taufik, orang kalo mau mikir itu harus menjernihkan pikiran, minum air putih biar bisa konsentrasi." Celoteh ku.

" Ada Aqua? " Katanya mengikuti iklan di televisi.
Aku tertawa, bocah ini memang lucu.

"Jadi gimana nih Ra, Saran dong! Dari tadi mengalihkan pembicaraan mulu."

"Kalo menurut aku nih yah, selaku sahabat kamu, aku pasti selalu mendukung tindakan kamu selagi kamu melakukan hal positif." Kataku tanpa rasa bersalah

"Jadi gimana? Setuju nggak aku daftar jadi anggota BEM?"

"Mana baiknya di kamu aja Fik, kan kamu yang bakal ngejalanin."

..............
Hai hai.
Jangan lupa di Vote yah:)
Biar penulis semangat  heheh😁
Salam hangat buat kalian semua:*

Presiden BEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang