Bianglala Atas Awan

871 247 33
                                    

"Biru, hendakkah kamu menemani saya menyaksikan surya dan pesona senja sebelum ditemu gulita?"

Tanya yang Bumi hadirkan beberapa menit lalu menjadi sebab mengapa kedua raga itu berada di sini.

Bak terbang di atas awan, sang bianglala bergerak diiringi pesona lembayung dan pena hitam Biru.

Benar. Sang gadis kembali menyuarakan aksara, bersua pada untaian abjadnya.

"Sedang merajut aksara?" tanya sang adam.

Biru hanya mampu memberi angguk seraya tersenyum tipis. Kemudian ia melanjutkan untaian aksara itu kembali.

"Apa perihal duka lagi?"

Yang diberi tanya menjawab dengan ragu,

"Tidak tahu."

Kepada cakrawala kala itu, Bumi hendak meminta maaf sebesar-besarnya.

Semburat jingga yang hendak terbenam itu tak mampu menandingi wajah gadisnya. Ketujuh indera yang semesta cipta padanya, gadis itu berhasil menyita segalanya.

"Setelah hari ini, apa rencanamu, Biru?"

Biru menghentikan aksinya lalu beralih pada catatan kecilnya dan memberikannya pada Bumi.

Kembali duduk di kedai kopi dan menulis puisi.

Bumi mengangguk mengerti.

"Boleh saya datang?" tanya adam itu.

Biru mengangguk dan sedikit tersenyum. Sama halnya dengan Bumi yang kini merasa bahagia sebab sang gadis tidak merasa terganggu oleh hadirnya.

"Biru, kamu lihat cakrawala dan suryanya yang hendak terbenam?"

Biru mengangguk.

"Mereka masih kalah dengan pesona gadis di hadapan saya."

──────

masih ingat soal alam
di beberapa bagian lalu?

kalau kisahnya disuarakan,
boleh, kan?

bumi ✓On viuen les histories. Descobreix ara