Temu Berujung Semu

621 172 37
                                    

Di pinggir geladak daksanya menetap. Disaksikan ribu gemintang cakrawala jua hamparan samudera laut lepas.

Tatkala sanubari bergejolak tak karuan, lengkung sabit pada bibirnya tak mampu ia bendung. Sebab semesta, semarak parade pergantian warsa kali ini sang tuan akan menghabiskannya dengan si puan terkasih.

Kepada rencana-rencana yang telah disusun tempo hari, perihal menikmati gemintang dan debur ombak bersama, semoga semesta mengabulkan.

"Saya sudah tampan, bukan?" pada semilir bayu ia menuang tanya bersamaan dengan hastanya menyibak si surai legam.

Kali ini dua puluh tiga lewat lima puluh tujuh. Penghujung warsa hampir menyapa. Namun raga yang dinanti tak kunjung menghampiri.

"Bumi!"

Sang adam menoleh, menilik siapa gerangan yang mengusik rungunya.

Ah, rupanya si adam dengan kursi roda.

"Alam? Mengapa kemari?"

Tuan pemilik asma lantas mengayun hastanya tergesa, berharap kursi rodanya bergerak lebih cepat.

Sebelum warsa baru menyapa, ada yang hendak Alam sampaikan kepada Bumi si tuan yang sedang kasmaran.

"Bumi, ikut saya." raut wajahnya gelisah didampingi ranum bibir yang penuh getar.

Daksa tuan dengan asma Bumi beranjak dari pinggir geladak, membenahi sandang miliknya yang kini dibalut butiran pasir.

"Ada apa? Saya sedang menunggu Biru,"

Alam menyingkap surai cokelat terangnya, nampak bingung perihal apa yang harus disuarakan.

"Ponselmu tertinggal di wisma,"

"Ah, iya. Saya melupakannya. Jadi kamu kemari untuk ini?"

Setelah helaan napasnya Alam kembali membuka gerbong suara,

"Bumi, dengarkan saya. Namun berjanjilah setelah mendengarnya sanubarimu tidak patah,"

Rasanya tercekat, namun ia tetap mengangguk.

"Saya mendapat kabar dari ponselmu. Maaf untuk mengatakannya. Biru, gadis kesayanganmu, ia tidak akan hadir malam ini," tuan surai terang itu menggantungkan wicaranya.

"Ruang operasi Rumah Sakit Panti Rapih. Di sela patah asanya, doakan kali ini ia bangkit, ya?"

Biarkan Bumi ingkar, sebab sanubarinya patah.

──────

satu bagian lagi, ya?
kalau moodnya sedang baik dan nggak males, mungkin nanti malam bagian terakhirnya bisa dipublish-!

oh iya mau minta maaf soalnya aku nggak bisa bikin bagian yang deg deg an kayak gitu jadi kalau misalnya ini tasteless maap ya hehe

terima kasih sudah mengikuti sejauh ini ♡

bumi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang