Tuan dan Aksaranya

723 195 10
                                    

Gerbang kaca terbuka, tanpa karpet merah dan kamera reporter.

Sepatu putih kusam bertali itu mengayun pasti pada tujuannya, kepada puan menawan sebelah jendela.

Isi kepalanya mengembara begitu melihat sang gadis melamun seraya mengetukkan pena pada cokelatnya meja.

Kalau Bumi boleh tahu, perihal apa yang kendati menyelimuti pikiran sang gadis?

"Selamat pagi, Nona. Sedang melamun perihal apa?"

Yang diberi tanya tersentak sebab terkejut. Lantas memberi sebuah gelenggan.

Bumi mengulurkan sebuah catatan kecil kepada Biru. Tulisnya,

Biru, saya punya sesuatu untuk kamu.

Ada tawa kecil Biru yang mendayu begitu menyaksikan perangai si adam.

Kemudian jemarinya membalas masih dalam satu catatan yang sama.

Sesuatu apa, Bumi?

Pada ransel hitam miliknya, Bumi mengeluarkan satu kotak kecil dengan putih sebagai warnanya. Lalu jemarinya kembali menyuarakan beberapa aksara,

Ini untuk Biru, gadis yang telah menyita seluruh indera saya. Selepas dari kedai, kamu baru boleh membukanya.

Biru mengangguk mengerti. Namun, padanya masih terbesit rasa ingin tahu.

"Perihal apa?" tanya sang gadis penuh sunyi.

Sang adam mengulum senyum. Namun sedetik setelahnya ia membuang muka- menatap pantulan Yogyakarta pada jendela.

"Perihal aksara yang saya suarakan untuk kamu."

──────

bumi ✓Where stories live. Discover now