_____________________________________
seperti yang bodoh
_____________________________________
bermonolog sunyi
_____________________________________
benar ini adanya
_____________________________________
sebab bisu saya
_____________________________________Ditutupnya si buku jingga begitu seloka pada lembar usang itu usai. Kemudian pandangnya mengembara, menilik nabastala kota yang rupanya sedang biru dengan gumpalan kapas putihnya.
Cemburu, ia sendiri tak pernah semerekah si langit.
"Boleh saya duduk disini?" itu Bumi, si adam di hari lalu.
Sang gadis mengangguk ragu, kemudian lekas mengemasi miliknya.
Sebelum kedua tungkai mengayun, hastanya mengulurkan sebuah payung berhias aksara pekat yang melekat.
Terimakasih.
Sang Bumi lantas tersenyum,
"Saya juga terimakasih. Barangkali tidak ingat,
Saya bumi," hasta sang adam terulur tanpa meragu.
Kendati sang gadis, ialah si pemikul ragu itu sendiri.
Namun perlahan, ia membalas. Dan aksinya berbuah lengkungan sabit pada bibir sang adam.
"Saya Biru," ucapnya terlampau sunyi.
"Maaf?"
Kembali penanya merajut aksara, lantas hitam lekatnya ia suguhkan pada si adam.
Saya biru. Maaf, saya seorang gadis tunawicara.
──────
selamat bersua,
dengan bumi
di bagian kedua.jangan sungkan untuk
meninggalkan suara, ya-!
KAMU SEDANG MEMBACA
bumi ✓
Short Storyialah sang klausa jatuh hati pada sajak yang ditulis dengan penuh hati hati. ©2020, all rights reserved by saturnlaus.